Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kisah Masjid Kauman Semarang, Dibangun saat Kerajaan Demak Hingga Siarkan Proklamasi Kemerdekaan

Masjid Agung Semarang atau Masjid Kauman merupakan satu di antara masjid tertua di Kota Semarang yang dibangun saat Kerajaan Demak.

Penulis: Adelia Sari | Editor: suharno
TRIBUN JATENG/SAIFUL MASUM
Suasana kegiatan di Masjid Agung Semarang tampak normal, Kamis (14/2/2019) sore 

TRIBUNJATENG.COM - Masjid Agung Semarang atau yang lebih dikenal dengan Masjid Kauman merupakan satu di antara masjid tertua di Kota Semarang. 

Masjid ini berada di Jalan Aloon-Aloon Barat, Bangunharjo, Semarang Tengah atau dekat dengan Pasar Johar. 

Masjid yang dibangun antara tahun 1743 sampai 1749 ini sudah menjadi cagar budaya yang dilestarikan di Kota Semarang.

Sekretaris Badan Pengelola Masjid Agung Semarang, Muhaimin menceritakan tentang awal mula berdirinya Masjid Agung Semarang di masa Kerajaan Demak.

Saat itu, ada kyai yang bernama Maulana Ibnu Abdul Salam diperintahkan oleh Sunan Kalijaga untuk menyebarkan agama Islam di pesisir Semarang.

Masjid Agung Semarang, Masjid Berusia 268 Tahun yang Ramai Dikunjungi Warga

Kemudian ia bersama anaknya, Made Pandan membuka hutan dan menyiarkan ajaran agama islam. 

Lalu Made Pandan yang bergelar Ki Ageng Pandan Arang membangun masjid di daerah Mugas. 

Selain sebagai tempat ibadah, masjid tersebut juga digunakan sebagai padepokan.

Seiring perkembangan waktu, Mugas dinilai tidak strategis sehingga lokasi masjid dipindah. 

"Awalnya masjid ini tidak berlokasi di sini, tapi awal mulanya di Mugas, yang sekarang menjadi Masjid Pandanaran. Karena lokasinya tidak strategis kemudian dipindah di daerah Bubakan," ujar Muhaimin.

"Namun terjadi kebakaran besar sehingga memusnahkan Masjid Agung Semarang, itu pada masa pemerintahan Kyai Tumenggung Adipati Suro Hadinenggolo, antara tahun 1743-1751," sambungnya.

Kemudian pembangunan masjid  dilakukan kembali pada masa pemerintahan Bupati Suro Hadimenggolo III antara tahun 1751-1773.

Lokasi masjid dipindah di sebelah barat Bubakan tepatnya di ujung Jalan Kauman. 

"Namun pada 10 April 1885 masjid kembali terbakar karena tersambar petir, sehingga dibangun masjid keempat di lokasi terakhir ini. Cuma geser sedikit dari lokasi ketiga," lanjut Muhaimin. 

Masjid dengan warna hijau ini memiliki luas sekitar 5000 meter. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved