Cerita 2 Warga Desa yang Bertaruh Nyawa Tiap Melintas di Jembatan Bambu Penghubung Dua Kabupaten
Tetapi waktu tempuh antar desa dan kabupaten tetangga itu bisa berjam-jam melalui rute memutar, jika tiada akses penyeberangan
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muslimah
Aksi nekat pengendara menyeberang saat sungai meluap ini pun sempat direkam warga hingga viral saat diunggah di media sosial.
Lantai jembatan mestinya sangat licin karena terguyur hujan. Jembatan reot itu pun bisa seketika roboh atau hanyut tersapu arus.
Tetapi tak mungkin jembatan ditutup mengingat pentingnya akses itu bagi masyarakat. Warga hanya dapat mengingatkan penyeberang saat debit air meningkat.
Untungnya, jembatan itu juga selalu diawasi sang penjaga saat banjir melanda. Ia siap menyeberangkan warga yang tak berani melintas dengan imbalan seikhlasnya.
"Kalau gak berani melintas, ada penjaga yang menyeberangkan,"katanya
Insiden sempat mewarnai aksi nekat warga. Jembatan ini pernah nyaris memakan korban.
Harto mengungkapkan, seorang pengendara sempat terpeleset saat menyeberangi jembatan yang licin selepas hujan. Padahal debit air sungai tengah meningkat.
Nahas, pengendara itu pun tercebur ke sungai beserta kendaraannya. Beruntung pria itu selamat, meski kendaraannya hanyut terbawa arus.
"Orangnya selamat, sepeda motornya hanyut,"katanya
Jika jembatan permanen yang kokoh saja roboh karena terjangan arus, apalagi jembatan bambu yang kekuatannya tak seberapa.
Jembatan darurat ini tak cukup kuat menahan terjangan arus hingga berkali-kali lenyap tersapu banjir.
Usai terputus, warga biasa membangun jembatan itu kembali menggunakan bahan alam yang murah dan mudah didapatkan.
Warga pun harus bersiap menyambung kembali jembatan itu jika nanti putus lagi karena banjir. Demi akses tetap terhubung, warga rela merawat jembatan yang membahayakan sendiri keselamatan mereka. (*)