Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kisah Penghuni Terakhir Dusun Mati, Kampung yang Ditinggal Seluruh Penduduknya karena Longsor

Di lereng gunung Mandala, Desa Majatengah Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, sebuah rumah kayu berdiri di tengah hutan atau p

Penulis: khoirul muzaki | Editor: m nur huda
Tribun Jateng/ Khoirul Muzakki
Jalan setapak menuju rumah Kahad terpotong sungai hingga membuat rumah itu terisolasi, di lereng gunung Mandala, Desa Majatengah Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara. 

Medan itu pun sulit dijangkau kendaraan.

Dalam kondisi demikian, Kahad dan keluarganya nyatanya nyaman tinggal bertahun-tahun.

Kahad mulanya tak sendiri. Puluhan tahun lalu, sebelum tahun 1996, ia ditemani sekitar 40 an keluarga yang mendiami tempat sama. Tersebutlah Dusun Kalitengah yang kini tinggal cerita. Di situ, lahir tatanan masyarakat normalnya dusun di tempat lain.

Tetapi, takdir tak bisa direka. Riwayat dusun itu harus berakhir karena bencana. Longsor hebat melanda. Rumah-rumah penduduk terancam, termasuk keselamatan jiwa penghuninya.

Singkat cerita, warga harus terusir dari tanah kelahirannya sendiri. Untung mereka masih ada pilihan untuk melanjutkan hidup di tempat lain.

Sebelum bencana lebih besar datang, warga memutuskan hengkang. Sejak saat itu, dusun Kalitengah, resmi ditinggalkan penduduknya. Mereka menciptakan lingkungan baru di dusun baru, dengan lembaran hidup yang baru.

"Terjadi longsor tahun 1996, lalu warga dusun itu dipindah semua,"kata Sarno, Kepala Desa Majatengah Kecamatan Banjarmangu

Tetapi tidak dengan Kahad. Ia memutuskan tetap bertahan di dusun yang menyimpan banyak cerita tentang hidupnya. Ancaman longsor yang bisa menghancurkan tempat tinggalnya sewaktu-waktu, tak meruntuhkan pendiriannya.

Berbagai saran agar dia pindah tak mempan. Entah, alasan apa yang membuat Kahad memutuskan bertahan di tanah terancam.

Padahal keputusannya membawa banyak konsekuensi. Ia dan keluarganya harus rela tinggal sendiri. Jaringan listrik susah. Lingkungannya sudah benar-benar berubah, semenjak penduduknya berpindah. Nyatanya, keluarga satu-satunya itu tetap betah.

"Karena di sana kan masih ada kerbaunya, kambingnya,"katanya.

Bertahun-tahun kemudian tak ada bencana besar. Tetapi bukan berarti keluarga itu terbebas dari ancaman. Longsor masih terus mengintai.

Terutama saat musim penghujan, tanah kembali merayap.

Lahan sekitar rumah sudah banyak yang lenyap. Ribuan tanaman salak hancur karena longsor.

Yang paling mengerikan, sempat muncul kobaran api dari lubang retakan, sekitar 20 meter di bawah rumah Kahad, Desember 2018 lalu. Tetapi fenomena alam itu pun belum membuat pendiriannya berubah.

Warga melintasi jalan setapak bawah rumah Kahad yang terancam di Banjarnegara. Jalan setapak menuju rumah satu-satunya di dusun itu sempat retak dan menyemburkan kobaran api diduga dari gas alam, beberapa waktu lalu.
Warga melintasi jalan setapak bawah rumah Kahad yang terancam di Banjarnegara. Jalan setapak menuju rumah satu-satunya di dusun itu sempat retak dan menyemburkan kobaran api diduga dari gas alam, beberapa waktu lalu. (Tribun Jateng/Khoirul Muzakki)
Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved