Heri Sudrun Manfaatkan Lidi untuk Bikin Miniatur Cantik, Karyanya Ada yang Dibeli Ganjar Pranowo
Lelaki dengan nama asli Puji Nurcahyo ini mulai membuat kerajinan dari sapu lidi aren sejak tahun 2016
Penulis: Adelia Sari | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Tulang daun aren banyak dimanfaatkan masyarakat untuk membuat sapu lidi.
Namun ditangan Heri Sundru, sapu lidi dari tulang daun aren disulap menjadi kerajinan cantik bernilai jual tinggi.
Lelaki berusia 45 tahun ini membuat kerajinan dari sapu lidi di emperan bangunan yang berada di Jalan Branjangan, Kota Lama.
"Saya buat kerajinan ini kreatif saya sendiri otodidak lah, karena faktor usia membuat saya kesusahan menemukan pekerjaan yang cocok buat saya, cari-cari akhirnya nemu ini," ucap Heri Sudrun kepada Tribunjateng.com, Rabu (27/3/2019).

Lelaki dengan nama asli Puji Nurcahyo ini mulai membuat kerajinan dari sapu lidi aren sejak tahun 2016.
Untuk membuat kerajinan seperti ini alat yang dibutuhkan berupa cutter, tang, pinset, pisau, pulpen dan lem kayu.
"Memang sulit sih tingkat super kejeliannya harus tinggi, tapi saya telaten, sabar ya," lanjut Heri.
Lelaki asli Surabaya ini biasa membuat miniatur bangunan terkenal seperti rumah adat, menara Eiffel, Tugu Monas, Gereja Blendug dan kapal.
Namun ia juga membuat ornamen lain dalam ukuran kecil seperti sepeda, vespa, sandal dan lain-lain.
Untuk satu karya Heri bisa mengerjakan sekitar tiga sampai empat hari.
"Karya awal saya dulu membuat mobil-mobilan, dan sampai sekarang masih ada,"
Untuk satu karya, dihargai mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Bahkan menara Eiffel karyanya sudah dibeli oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
"Harganya beragam, ada yang satu juta. Menara Eiffel saya kemarin dibeli Pak Ganjar satu juta rupiah, tingginya satu meter. Ada kok di instagram Pak Ganjar,"
Kebanyakan pelanggan Heri berasal dari luar kota yang tengah berwisata di kawasan Kota Lama.
Banyak wisatawan yang memesan desain sendiri dengan membayar DP terlebih dahulu.
Ia biasa merakit karyanya di emperan bangunan sembari berjualan dari pukul 06.00 WIB - 18.00 WIB.

Heri sendiri merantau ke Semarang sudah delapan bulan lamanya.
Di Semarang ia tinggal bersama istrinya di gerbong kereta api kafe di sekitar Kota Lama.
Ia memilih menjadi seninan jalanan dari kota ke kota.
Bahkan ia pernah merantau di Jakarta menjajakan karya seni miliknya.
"Saya di sini gelandang tapi dengan berkarya,"
Heri pernah menyodorkan karya miliknya kepada UMKM di Semarang namun ditolak karena harus memiliki KTP beralamat Kota Semarang.
Ia berharap karyanya bisa berkembang dan lebih dikenal banyak orang.
Bagi yang tertarik dengan karya Heri bisa datang di Jalan Branjangan Kota Lama atau bisa lewat karya-karnya Heri di instagram miliknya @irawanresa474. (Tribunjateng/ Lex)