Buaya Sungai Serayu Bukan Isapan Jempol, Andi Lihat Hewan Itu Berjemur di Pinggiran
Seoarang pemancing melihat buaya itu tengah berjemur di tepi Sungai Serayu yang mengalir dekat desanya, Pucang, Kecamatan Bawang, Banjarnegara.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Aliran Sungai Serayu di Desa Pucang, Kecamatan Bawang, Banjarnegara, Jawa Tengah tampak tenang.
Namun, di balik ketenangannya, sungai itu punya kekuatan yang menghanyutkan.
Terlebih hujan yang mengguyur wilayah Banjarnegara membuat debit sungai itu naik.
Tinggi air hampir menyamai permukaan tepi sungai yang sebagian ditanami padi oleh warga.
Kiriman lumpur dari hulu membuat air begitu keruh.
Daratan dan tebing sungai masih ditumbuhi aneka tanaman liar.
Juga pepohonan rimbun yang dahan-dahannya menjuntai hingga menyentuh muka air.
Hari-hari sungai yang jauh dari pemukiman itu lengang.
Kesepian baru pecah oleh deru kendaraan maupun truk pengangkut pasir yang melintas di atas jembatan.
Nyaris tak ada aktivitas manusia, kecuali satu dua pemancing yang hobi mematung di pinggir sungai menunggui ikan.
Juga segelintir petani yang memanfaatkan dataran tepi sungai untuk bercocok tanam.
Siapa sangka, tempat yang jarang disinggahi manusia itu menjadi rumah bagi kawanan buaya.
Orang boleh saja tak percaya.
Keberadaan buaya di Sungai Serayu memang sulit dicerna.
Bagaimana mungkin, buaya menghuni Sungai Serayu.
Padahal jarak antara tempat itu dengan muara di pesisir pantai selatan Cilacap sekitar 70-an kilometer.
Mungkinkah buaya muara bermigrasi sejauh itu?
Di sisi lain, aliran sungai itu pun terpotong oleh Bendungan PB Soedirman (Mrica).
Kenyataannya, cerita tentang buaya yang menghuni Sungai Serayu bukan isapan jempol bagi penduduk sekitar.
Andi, warga Desa Pucang, menyaksikan langsung keberadaan predator itu di sekitar desanya.
"Ya, memang ada buayanya. Saya sudah melihatnya," jelas dia.
Kesaksian Andi tidak diragukan.
Pemuda itu memang biasa memancing.
Aliran Sungai Serayu di Desa Pucang, bagi Andi merupakan spot favorit untuk memancing.
Di sini merupakan habitat ikan tawar semisal mujaer dan gabus.
Tak pelak, para pemancing betah melampiaskan hobi di tempat itu.
Suatu saat, beberapa bulan lalu, Andi pergi memancing di Sungai Serayu dekat desanya.
Andi mulanya tenang saja duduk mematung di pinggir sungai.
Menunggu ada ikan menarik umpan di kailnya.
Tanpa dia sadari, marabahaya mengancam keselamatan jiwa.
Seekor buaya sepanjang sekitar 2 meter tengah berada di dekatnya.
Di tepi sungai yang hanya berjarak sekitar 3 meter dari tempat memancing, buaya itu menjemur tubuhnya yang keras.
Untung saja matanya awas.
Ia cepat menyadari keberadaan buaya ini.
Andi sontak terperanjat.
Seumur-umur, dia hanya menyaksikan predator itu dari layar kaca.
Kini ia menyaksikan satwa ganas itu nyata di depan mata.
Andi tak pikir panjang.
Ia tak menyangsikan keganasan binatang itu yang tak segan memangsa manusia.
Segera memilih lari menghindar daripada mempertaruhkan nyawa.
"Kaget sekali lihat buaya lagi berjemur di pinggir sungai.
Saya tidak tahu apakah hewan itu juga sadar keberadaan saya," jelasnya.
Dilihat dari ukurannya yang belum begitu besar, Andi memperkirakan buaya itu masih remaja.
Jika sekarang masih berada di sana, ukuran buaya itu diperkirakannya sudahlebih besar.
Ia pun menduga buaya itu tak sendirian.
Mungkin buaya anakan itu punya saudara atau indukan yang menghuni tempat sama.
Tidak ada keinginan atau usaha memotretnya?
"Jangankan motret, pancing saja saya tinggal.
Lari tunggang langgang," ujar dia.
Andi ternyata bukan satu-satunya orang yang melihat keberadaan buaya di Serayu.
Temannya mengaku kepadanya pernah melihat kemunculan buaya di aliran sungai saat memancing.
"Teman saya itu pernah lihat pas buayanya berenang.
Seperti batang kayu yang hanyut berwarna gelap," paparnya.
Sesama warga Desa Pucang bahkan berhasil menangkap buaya anakan sepanjang sekitar 70 cm pada medio 2018 lalu.
Tetangga Andi itu mulanya berniat menangkap ikan, yang dia temukan justru anak buaya.
Buaya yang tak diketahui muasalnya itu pun akhirnya diserahkan ke BKSDA Jateng untuk dirawat di Kebun Binatang Serulingmas Banjarnegara.
Penemuan saat itu kian menguatkan, keberadaan buaya di Sungai Serayu sekitar Pucang bukanlah isapan jempol.
Hingga sekarang, muasal buaya di Serayu masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. (*)