Temukan Minyak, Negeri Kecil Ini Bakal Menjadi yang Terkaya di Dunia
"Banyak orang yang belum mengetahui seberapa besar potensinya," kata mantan Dubes AS untuk Guyana Perry Holloway akhir tahun lalu
Setelah koalisi pemerintahan mendapatkan mosi tidak percaya pada Desember lalu, mereka justru menggugat ke pengadilan, bukannya menggelar pemilihan umum.
Langkah ini memicu protes masyarakat.
"Apa yang kami minta adalah pemerintah menghormati konstitusi. Pemerintah hanya ingin tetap berkuasa dan mengendalikan uang minyak," ujar seorang pengunjuk rasa.
Pertarungan legal masih berlanjut dan pekan ini Pengadilan Karibia mulai menyidangkan masalah ini.
"Kami sudah melihat hal semacam ini di negara-negara lain," kata Vincent Adams, kepala Badan Perlindungan Lingkungan Guyana
"Negara-negara itu mendapatkan kekayaan dari minyak dan hari ini kondisi mereka lebih buruk sebelum mendapatkan minyak," kata Adams.
Bagi Adams, satu-satunya cara untuk menghindari "kutukan minyak" adalah pendidikan.
"Pendidikan adalah dasarnya. Pendidikan adalah investasi terbaik di negara ini dan negara lainnya," kata Adams.
Adams kini memimpin perombakan fakultas teknik di Universitas Guyana, institusi pendidikan tertinggi di negeri itu.
Namun, mempersiapkan generasi muda Guyana menghadapi industri baru penuh uang ini bukan hal yang mudah.
"Sayangnya, saat ini kami belum memiliki laboratorium teknik perminyakan," kata Elena Trim, dekan fakultas teknik.
Tantangan lain adalah menarik para pemuda berbakat yang memiliki keahlian yang relevan.
"Standar gaji di negeri ini tak terlalu tinggi. Jadi banyak yang melamar kerja di Universitas Guyana dan saat mengetahui besaran gaji, mereka mundur," Elena sambil tertawa.
Tak hanya itu, Elena menambahkan, di tahap awal industri minyak Guyana sudah mengambil para lulusan fakultas teknik dari jurusan lain untuk dipekerjakan.
"Dua tahun lalu 10 lulusan diberi pekerjaan. Tahun lalu, perusahaan yang sama meminta 20 orang," kata Elena.