Cerita Gus Miftah Mengenai Rencana Deddy Corbuzier Masuk Islam Jadi Mualaf
Berikut hasil wawancara eksklusif Tribun Jateng dengan Gus Miftah mengenai sejumlah topik, termasuk rencana Deddy Corbuzier masuk Islam jadi mualaf
Penulis: faisal affan | Editor: abduh imanulhaq
Karena tidak ada yang mau masuk. Padahal mereka sebenarnya butuh ngaji.
Maka saya memberikan kesempatan dan peluang supaya mereka bisa merasakan sama dengan yang kita rasakan.
Terutama kaitannya dengan persoalan rohani.
Kesempatan mereka untuk ngaji terbatas. Maka saya jemput bola ke sana.
Bagaimana Anda bisa masuk ke diskotek maupun lokalisasi?
Tentu saya butuh pendekatan dan lobi. Saya menggunakan bahasa yang mudah dipahami mereka.
Kalau masuk ke kalangan elit ya pakai bahasa elit, masuk kalangan marjinal ya pakai bahasa kaum marjinal.
Setiap manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Saya selalu menggunakan konsep dakwah yang bisa masuk ke akal mereka.
Apakah pernah mendapat penolakan, Gus?
Ya sering. Tidak sedikit pula yang akhirnya menerima dan meminta saya untuk melakukan pengajian rutin di sana. Jika dibandingkan masuk di diskotek dengan Sarkem yang ada di Jogja, lebih susah masuk Sarkem.
Karena tidak banyak orang yang tahu saya di sana. Apalagi di sana banyak preman dan persoalannya terlalu komplek.
Orang dikenal itu akan memudahkan lobi. Orang yang tidak dikenal cenderung dicurigai.
Gus Miftah berdakwah di lokalisasi mana saja?
Kalau di Jogja ada Sarkem dan Ngebong. Ngebong itu lokalisasi yang stratanya di bawah Sarkem. Itu murni lokalisasi yang ada di pinggir jalur rel kereta api.
Dari dahulu susah sekali saya masuk ke sana.