Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Karya Dua Desainer Cantik Siswi SMK NU Banat Kudus Mampu Tembus Paris

Siapa sangka, desain busana yang dirancang dua gadis cantik asal SMK NU Banat Kudus dipamerkan di Paris, Prancis, pada 1 Desember 2018.

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: m nur huda
Tribun Jateng/ Rifqi Gozali
Model menampilkan busana berbahan kain troso Jepara di SMKN 1 Kudus, Selasa (25/6/2019). Busana yang dijuluki Troso Nimbrung itu merupakan hasil rancangan desainer SMK NU Banat Kudus yakni Fitria dan Farah. 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Rifqi Gozali

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Siapa sangka, desain busana yang dirancang dua gadis cantik asal Kudus dipamerkan di Paris, Prancis, pada 1 Desember 2018.

Keduanya merupakan siswa kelas XII di SMK NU Banat Kudus saat helatan itu digelar.

Tentu hal ini sangat membanggakan, di usianya yang masih belia keduanya mampu menembus Paris yang notabene sebagai kota yang dijuluki sebagai pusat mode dunia.

Kedua gadis itu yakni Fitria Noor Aisyah, 19 tahun, dan Farah Aurellia Majid, 17 tahun.

Di bangku sekolah, mereka diajarkan untuk menjadi desainer handal.

Mulai dari mengonsep, mendesain, memola, sampai produksi busana didalaminya di SMK yang hanya memiliki satu jurusan: tata busana.

Baginya pengalaman pertama terbang ke Paris merupakan hal yang sangat mengesankan.

Apalagi mereka bertandang ke sana guna mengenalkan hasil karyanya.

Dengan berbekal keuletan dan bakat dalam merancang busana, keduanya terpilih sebagai peserta yang karyanya ditampilkan oleh model profesional di Paris.

Helatan yang diselenggarakan oleh Indonesian Fashion Chamber (IFC) itu juga diikuti oleh 20 desainer senior asal tanah air.

“Apalagi kami jadi perwakilan siswi SMK di Indoensia,” tutur Farah, Selasa (25/6/2019).

Keduanya sepakat untuk membawa desain busana dari kain troso Jepara.

Ada sekitar 30 busana yang dibawa ke Paris hasil rancangan.

Tema yang mereka angkat dalam busana yang dirancang yaitu Troso Nimbrung.

“Troso Nimbrung itu kami pilih dengan paduan warna-warna laut, karena Jepara daerahnya berbatasan dengan pantai,” lanjut Farah.

Lebih dari itu, model busana yang mereka desain yaitu Wear Modes.

Yakni busana yang bisa dikenakan oleh siapa saja tanpa menilik latar belakang agama.

“Kami pilih Wear Modes supaya bisa dikenakan baik perempuan beragam Islam maupun nonmuslim. Sebab, dalam model yang memeragakan busana kami dari Paris semua,” lanjutnya.

Dari hasil desain Troso Nimbrung, kata Fitria, mendapat animo meriah dari audiens di Paris.

Apalagi saat mereka tahu ternyata yang mendesain merupakan gadis belia yang masih duduk di bangku sekolah.

“Lho ternyata yang mendesain masih sangat muda,” kata Fitria.

Bakat yang mereka miliki sebagai desainer rupanya berbanding lurus dengan hobinya, yaitu menggambar.

Meski begitu, keduanya memiliki perbedaan saat mendesain busana.

Farah lebih senang dengan busana bernuansa haute couture sedangkan Fitria lebih gandrung mendesain busana bernuansa ready to wear.

“Ready to wear desainnya simpel tapi memang enjoy saat saya mendesain itu,” ujar Fitria.

Sementara alasan Farah lebih memilih mendesain busana bernuansa haute couture karena dinilai terdapat nilai estetika mendalam.

Detail busananya pun dinilai lebih kompleks, di situlah dia merasa puas.

Kini keduanya baru saja lulus dari bangku SMK.

Mereka juga sudah mendapat tawaran untuk ke ibu kota untuk memperdalam keahliannya sebagai desainer.

Tanpa pikir panjang, keduanya sepakat.

Sebab, mimpi untuk menjadi desainer handal tanah air semakin dekat.

“Kami akan memperdalam keahlian mendesain sampai benar-benar kami mahir. Tawaran itu datang dari pembimbing kami di IFC,” tuturnya.(*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved