Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Jejak Adipati Pati di Semarang: Kisah Turmanto Juru Kunci di Tengah Rimbunnya Gunungpati

Petilasan Pragolapati, sosok yang dikenal sebagai Adipati Wijoyo Kusumo, Bupati Pati pertama dan putra dari Ki Ageng Panjawi.

Penulis: budi susanto | Editor: raka f pujangga
TRIBUN JATENG/BUDI SUSANTO
PETILASAN - Dua makam yang dipercaya warga sebagai petilasan Pragolapati atau makam dari Adipati Wijoyo Kusomo yang juga menjadi Bupati Pati pertama berdiri megah dengan pagar kayu jati, Kamis (7/8/2025). Jika satu makam dipercaya sebagai makam Adipati Wijoyo Kusomo satu makam lagi dipercaya sebagai makam Nyi Roro Suli. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Di tengah rimbunnya pepohonan wilayah Plalangan, RT 5 RW 1, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, berdiri sebuah bangunan putih dengan atap genting tanah yang tampak tenang dan khidmat. 

Dikelilingi makam tua dan suara dedaunan yang berbisik diterpa angin sore, bangunan ini menyimpan kisah panjang sejarah tanah Jawa.

Itulah petilasan Pragolapati, sosok yang dikenal sebagai Adipati Wijoyo Kusumo, Bupati Pati pertama dan putra dari Ki Ageng Panjawi, tokoh penting dalam sejarah berdirinya Kesultanan Mataram. 

Baca juga: Desa Rahtawu Kudus Bakal Dijadikan Desa Adat Seribu Petilasan

Tak hanya sebagai anak dari seorang perintis kerajaan, Pragolapati juga penerus kepemimpinan Pati pasca wafatnya Adipati Tondonegoro.

Kamis (7/8/2025) sore, Tribun Jateng berkesempatan mengunjungi petilasan ini, ditemani seorang penjaga yang ramah dan bersahaja, Turmanto, sang juru kunci yang sehari-hari merawat dan menjaga situs ini.

"Sumur ini dibangun tahun 1999," ujarnya, sambil menunjuk sebuah sumur tua di bawah bangunan utama. 

Ia mengatakan air di sumur tidak pernah kering. Banyak peziarah memanfaatkan air dari sumur untuk wudhu sebelum masuk ke petilasan.

Langkah kami kemudian diarahkan menuju aula, sebuah ruangan terbuka yang biasa digunakan warga sekitar untuk menggelar nyadran dan pengajian malam satu suro. 

Aula itu sederhana, namun menyimpan kesan hangat dari berkumpulnya warga dalam acara keagamaan dan budaya yang masih lestari hingga kini.

Turmanto lalu membuka dua pintu menuju bangunan utama. Satu pintu besi kecil setinggi 90 sentimeter, dan satu lagi berupa pintu kayu tinggi dua meter. 

Di ruang penghubung kedua pintu, terpampang prasasti bertuliskan “Nawala” dan tulisan berbahasa Jawa, lengkap dengan tanda tangan Sadewo, Bupati Pati yang kini menjabat.

Di dalam ruang utama, dua makam diselimuti pagar kayu jati yang diukir rapi. 

“Yang ini makam Adipati Wijoyo Kusumo, yang satunya Nyi Roro Suli,” kata Turmanto sambil menunjuk lembut ke arah kedua pusara.

Pagar kayu jati itu, katanya, merupakan sumbangan dari seseorang di Kabupaten Kendal, sebuah bukti bahwa warisan sejarah ini masih dihormati dan dirawat, bahkan oleh mereka yang berasal dari luar daerah.

Turmanto tak hanya menjaga tempat ini. Ia juga menjadi saksi bisu dari banyak kunjungan penting, termasuk para pejabat dari Kabupaten Pati, terutama di masa pemilihan lurah atau saat situasi politik sedang memanas.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved