Mengintip Kerajinan Gedek di Purbalingga, Bahan Bangunan Tradisional yang Kian Ditinggalkan
Sebagian masyarakat modern menempatkan rumah bukan sekadar tempat berteduh dari panas maupun hujan.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muh radlis
Bahan bangunan tradisional itu masih dibutuhkan.
Punggungnya sudah tidak lurus.
Kulitnya penuh dengan guratan.
Tenaganya jauh sudah melemah.
Tetapi Mawireja (70), warga Desa Banjaran Kecamatan Bojongsari Purbalingga masih bekerja keras di usianya yang renta.
Bambu-bambu segar yang baru ditebang dari kebun ia potong dengan ukuran yang telah ditentukan.
Potongan bambu lantas dibelah dan disayat untuk bahan anyaman.
Meski usianya menua, keahlian Mawireja dalam menganyam bambu tak hilang begitu saja.
Ia masih terlihat cekatan memainkan tangannya merangkai anyaman.
Maklum saja, jam terbang kakek itu dalam membuat kerajinan itu sudah tinggi.
Ia mulai menggeluti usaha itu sudah lebih dari 50 tahun.
Saat itu, rumah tembok belum begitu populer.
Gedek masih umum dipakai masyarakat untuk bahan bangunan rumah.
"Saya bikin usaha ini sejak tahun 1960 sampai sekarang,"katanya
Keahliannya tak hilang, hanya kekuatannya yang berkurang.