Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

13 Tahun Berlalu, Ini Foto Kondisi Lumpur Lapindo Sidoarjo Terkini, Bandingkan dengan Tahun 2006

Meski sudah 13 tahun berselang, luapan lumpur dan gas dari perut bumi atau yang akrab disebut Lumpur Lapindo itu, masih belum berhenti

Editor: muslimah
kompas.com
Area yang terkena dampak lumpur Lapindo di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terlihat dari udara, Kamis (5/3/2015). Sembilan tahun setelah semburan lumpur tersebut mulai berlangsung, pembayaran ganti rugi terhadap warga yang terkena dampak dari lumpur tersebut belum seluruhnya tuntas. Kompas/Ferganata Indra Riatmoko 

Berdasarkan gambar yang diambil pada 11 Juni 2019 tersebut, terlihat ada warna cokelat gelap yang menandakan luapan baru, lumpur cair ini berada di permukaan.

Tampak juga warga cokelat muda yang merupakan luapan lama dengan permukaan yang keras karena sudah mengering.

Lapisan ini sudah cukup kuat jika dipijak.

Pada tahun-tahun awal letusan, lumpur mengalir ke rumah-rumah, pabrik, jalan raya, dan tanah pertanian.

Sekarang menyebar dilokalisir dalam jaringan tanggul, kolam retensi, dan saluran distribusi yang membentuk kotak persegi panjang di sekitar lubang erupsi utama.

Saluran itu mengarahkan lumpur ke kolam penampung di utara dan selatan. Volume besar lumpur kemudian dibuang ke Sungai Porong, yang mengalir ke timur menuju Laut.

Perstiwa ini banyak menarik minat para peneliti.

Banyak ilmuwan yang telah mempelajari Lusi (lumpur sidoarjo) berpikir pengeboran eksplorasi untuk gas alam lah yang menjadi pemicu letusan.

Lainnya berpendapat bahwa gempa bumi yang terjadi dua hari sebelum letusan juga memainkan peran yang lebih penting.

Segera setelah itu, ada beberapa upaya untuk menghentikan aliran lumpur. Perusahaan gas memompa lumpur dan semen ke sumur eksplorasi.

Para ahli memasukan ribuan rantai bola semen kecil ke dalam lubang untuk mencoba menghentikannya.

Sementara lainnya membangun tanggul tanah dalam upaya untuk mengarahkan lumpur, namun lumpur terus mengalir

Lebih dari 13 tahun setelah letusan dimulai, sekitar 80.000 meter kubik (3 juta kaki kubik) lumpur masih mengalir dari Lusi setiap hari.

Jumlah ini cukup untuk mengisi 32 kolam berukuran Olimpiade.

Itu keluar dari 180.000 meter kubik selama arus puncak Lusi, tetapi itu masih cukup tinggi, jelas ahli geologi Universitas Oslo Adriano Mazzini .

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved