Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Meneladani Sikap Sabar Para Odapus, Hariyani Butuh 2 Tahun Tenangkan Dirinya Lawan Penyakit Lupus

Suatu penyakit yang cukup dikenal di kalangan kaum perempuan dengan sebutan Lupus nampaknya menjadi momok menakutkan.

Penulis: Saiful Ma sum | Editor: suharno
Shutterstock/kompas.com
Ilustrasi 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Suatu penyakit yang cukup dikenal di kalangan kaum perempuan dengan sebutan Lupus nampaknya menjadi momok menakutkan.

Pasalnya, jenis penyakit yang juga disebut penyakit seribu wajah ini bisa jadi menjelma menjadi penyakit mematikan.

Lupus atau nama lengkap Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dapat menyerang siapa saja tanpa kenal jenis kelamin maupun usia.

Meski dalam perbandingan penderita yang ada, sejumlah Odapus (orang dengan lupus) menyebutkan bahwa mayoritas menyerang kaum hawa dengam perbandingan 9:1.

Jenis penyakit yang jarang diketahui orang sejak dini ini nampaknya sama bahayanya dengan jenis penyakit berat seperti kanker, jantung, maupun aids.

Orang yang terkena lupus atau Odapus terjadi karena hasil autoimun di mana produksi antibodi yang seharusnya normal menjadi berlebihan. Karenanya, antibodi yang seharusnya berfungsi menyerang virus, kuman, bakteri, yang ada di tubuh justru balik menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri.

Seluruh organ tubuh bakal diserang dan hampir separuh pasien lupus terserang organ vitalnya.

Hati, jantung, saraf, kekentalan darah, hingga persendian tak lagi bekerja maksimal. Bahkan sebagian besar Odapus pada tahun pertama didiagnosa bakal merasakan sakit yang amat dengan sebagian harus opname dan juga meninggal.

Dengan penyebab yang tak pasti, Lupus masih menjadi penyakit yang tak bisa disembuhkan meski terdapat pengobatan khusus.

Para Odapus hanya berharap suatu saat berada pada vase Remisi di mana dia tidak ketergantungan sama obat dan sesekali mengecek kesehatannya pada laboratorium.

Karena itu, mayoritas pengidap penyakit ini yang notabennya perempuan bakal menghadapi serangan psikologi, mental pada tahun-tahun awal puncaknya.

Kekuatannya terletak pada semangat diri dan juga dorongan semangat oleh keluarganya.

Hariyani Salma Safiyah adalah salah satu Odapus asal Semarang Jawa Tengah.
Perempuan yang kini tinggal bersama seorang suami dan seorang anak di Desa Ngampin Kulon Rt 04/Rw II Ngampin, Ambarawa tersebut sudah 11 tahun mengidap penyakit lupus sejak didiagnosa pada 2009.

Hariyani (40) - nama panggilannya - mulai merasakan sakit-sakitan sejak mengandung anak keduanya tahun 2005. Kala itu, dirinya harus keguguran yang disebabkan banyak faktor.

Hingga 2007, Hariyani sudah tak terhitung keluar masuk rumah sakit menjalani perawatan. Namun anehnya, dokter tak satupun mendiagnosa penyakit apa yang menyerangnya.

Pada tahun 2007, Hariyani hamil untuk kali ketiga, namun nahas kembali gugur dalam kandungan setelah mengalami kejang-kejang dan harus disesar. Terus menjalani pengobatan di rumah sakit, pada tahun 2009, ia diminta untuk cek laboratorium terkait penyakit lupus oleh Dr Doni (sebut Hariyani) di RS Elisabeth Semarang.

Berdasarkan uji laboratorium, pemilik keluhan awal nyeri lambung, HB drop, trombosit drop tersebut positif terdiagnosa Lupus. Haryani kemudian dirujuk ke RS Telogorejo dan bertemu dengan Prof Dr Suharti.

Pada tahun pertama terdiagnosa, Hariyanti mencoba browsing lebih lanjut tentang Lupus.

"Saat itu tidak tahu tentang lupus. Cari di google malah semakin drop, dikatakan penyakit mematikan, langka, gak bisa sembuh, dan efeknya luarbiasa," terang Hariyani, Rabu (17/7/2019).

Mengetahui hal tersebut, kondisi ibu satu anak tersebut semakin drop. Ia mengaku tidak bisa menerima kenyataan sebagai Odapus tanpa sebab. Terlepas 1 bulan dirinya hanya terbaring di kasur tanpa bisa berbuat apapun, Yani baru bisa menerima kenyataan menjadi Odapus selama kurang lebih 2 tahun silam.

Hingga pada tahun 2010, ia dan suami menemukan sebuah paguyuban Odapus yang diberi nama Omah Kupu di Yogyakarta.

Bermodalkan kesetiaan sang suami, keduanya sering mengikuti kegiatan ke Yogyakarta. Berbagai motivasi dan juga sharing pengalaman sesama Odapus membuat semangat Yani tumbuh kembali.

Meski ginjalnya terus diserang dan mengalami kebocoran, Yani dengan tabah mulai menjalani pengobatan sesuai arahan dokter.

Lebih dari 5 jenis obat dan juga lebih dari 15 kapsul tiap hari masuk ke dalam perut Yani. Semangatnya terus bertambah seiring sang dokter terus memotivasinya.

"Dokter bilang semangat sabar. Jangan takut karena lupus ada obatnya," terang Yani.

Sejak terdiagnosa lupus, Yani nampaknya menjadi salah satu Odapus yang beruntung. Sang suami aktif membawanya ke tempat pengajian rutinan pada hari Jumat.

Selain memberikan kebahagiaan dan senyuman pada sang istri, suami Yani juga mencarikan pengobatan terbaik untuknya.

Selama kurang lebih 10-11 tahun menjadi Odapus hingga kini, kesehatan Yani mulai berangsur membaik hingga mendekati prosentase 70 persen meski masih mengkonsumsi obat dengan dosis rendah.

Sejak 2017, Ia berusaha memanage kesibukan dirinya dengan ketat agar terhindar dari kemungkinan penyakit itu kambuh.

Yani senantiasa beristirahat lada sela-sela pekerjaannya di rumah agar tidak terlalu kecapekan.

"Suami saya laki-laki luar biasa. Gak banyak suami yang menerima. Alhamdulillah jarang kambuh, paling kambuhnya karena kebandelan sendiri memaksakan diri terlalu capek," kata Yani.

Yani berharap, suatu saat dirinya mampu sampai pada fase remisi yang kemudian disebut fase di mana Odapus tidak ketergantungan lagi pada obat-obatan.

Hingga pada tahun 2013, Yani dan beberapa Odapus lainnya di Kota Semarang dan sekitarnya membuat paguyuban para Odapus dengan nama "Panggon Kupu".

Komunitas yang kini diikuti ratusan orang tersebut diresmikan pada tanggal 6 Februari 2014 atas bantuan Prof Dr Suharti.

Meski masih sebatas motivasi-motivasi untuk para Odapus, pihaknya berharap Panggon Kupu dapat menjadi sebuah Yayasan dengan dilengkapi tenaga orang sehat untuk membantu sesama.

Bersama teman lainnya, Yani yang kini menjabat sebagai wakil ketua Panggon Kupu beberapa kali mendatangi para Odapus di Kota Semarang dan sekitarnya untuk memberikan motivasi dan arahan.

Ia selalu berpesan kepada masyarakat yang mengalami gejala-gejalan Lupus seperti sakit pada sendi, demam panjang, cepat lelah, ruam kemerahan, anemia, rambut rontok, bercak merah pada wajah, hingga keguguran dan tanda lain, segerakan periksa pada dokter penyakit 
dalam. Semakin cepat semakin baik pengobatannyam

Selain itu, Yani terus sampaikan kepada para Odapus untuk senantiasa menyambut lupus dengan penuh keikhlasan.

"Alhamdulilah sejak sakit lupus malah suami makin perhatian dan makin romantis. Makanya saya bilang sakit saya rejeki buat saya. Kalau pas kumat macam-macam cara pelampiasannya, kalau saya ngomel-ngomel sambil mukul suami tidak keras," terang Yani.

"Sementara masih dipenjara belum dapat remisi. Berharap juga Lillah nantinya dibeikan kestabilan dan bisa program anak lagi," pungkasnya. (Sam)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved