Yuk Kenalan dengan Merino, Domba Primadona Asal Australia Menjelang Hari Raya Idul Adha
Banyak masyarakat yang berburu jauh-jauh hari agar dapat mendapatkan domba, kambing, sapi atau kerbau yang mereka idamkan
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, BANYUMAS - Menjelang hari raya idul adha permintaan terhadap hewan qurban semakin meningkat.
Banyak masyarakat yang berburu jauh-jauh hari agar dapat mendapatkan domba, kambing, sapi atau kerbau yang mereka idamkan.
Diantara banyak hewan kurban, domba Merino menjadi salah satu yang menjadi primadona.
Domba Merino yang berasal dari Australia tersebut banyak memikat konsumen karena postur tubuh yang besar dengan bentuk muka yang lucu.
Domba Merino sudah dikawin silang dengan domba lokal dan menghasilkan domba persilangan dengan nama domba Texel atau Dombos.
Domba tersebut banyak dikembangkan di daerah Banjarnegara dan Wonosobo.
Orang-orang pasar memang lebih mengenalnya dengan nama domba Texel.
Domba Texel atau Dombos memiliki sedikit perbedaan dengan domba Merino.
Jika domba Merino memiliki bulu yang lebat dan halus hampir disekujur tubuh, bahkan sampai menutupi area muka.
Lain halnya dengan Domba Texel yang berbulu lebat, kasar namun tidak ada bulu di bagian kepalanya.
Peternak domba Merino, Dedi Budi Santoso mengaku permintaan domba Merino semakin banyak.
"Domba Merino bobotnya bisa mencapai 100 - 150 kilogram. Sedangkan hasil perkawinannya yaitu domba Dombos atau Texel sendiri rata-rata memiliki bobot 90 kilogram. Merino memang bisa sangat besar," ujarnya kepada Tribunjateng.com, Selasa (6/8/2019).
"Jika sudah pernah membeli domba Merino pasti tahun selanjutnya akan membeli lagi karena memang dagingnya banyak," tambahnya.
Dedi sebagai peternak domba, pertama kali berternak domba Merino pada 2017 silam.
Saat itu masih sedikit masyarakat yang mengenal domba Merino dan masih jarang dijadikan hewan kurban.
"Dikiranya cuma bulunya saja yang tebal, tetapi ternyata dagingnya juga banyak. Satu ekornya saja bisa menghasilkan daging mencapai 20-22 kilogram," ungkap Dedi yang juga merupakan Ketua Himpunan Peternakan Kambing Domba Indonesia (HPKDI) cabang Banyumas.
Permintaan domba Merimo tidak hanya untuk keperluan konsumsi dan kurban di hari raya idul adha.
Domba Merino juga dikenal karena bentuknya yang lucu dan sering ditemui di tempat-tempat wisata yang ada di Banyumas seperti Caping Park, The Village, dan Dreamland.
Domba Merino yang masih berukuran kecil yang terlihat lucu justru memiliki harga jual yang tinggi.
"Justru yang mahal adalah domba yang masih berukuran kecil. Domba Merino berumur sekitar 3 bulan saja harganya sudah Rp 2 juta. Kalau sudah besar harganya paling naik menjadi 2.5 juta sampai 3.5 juta saja," katanya.
Tidak jarang Dedi sering mengirim domba-domba kecil itu ke Bogor dan daerah lain menggunakan kotak atau kandang khusus.
Ditempat peternakan miliknya di Desa Purbadana, Grumbul Cingkrang, Kecamatan Kembaran, Dedi biasa memberi makan domba-dombanya dengan kangkung kering dan Kleci (kulit ari kedelai).
Setidaknya dia harus mengeluarkan biaya Rp 800 ribu sampai Rp 1 juta untuk keperluan pakan dan biaya pemeliharaannya.
Domba Mireno memang istimewa dibanding jenis domba lain.
Bobotnya yang besar bisa sampai 150 kilogram dengan tampilannya yang lucu menjadi incaran banyak orang.
"Domba biasa paling 40 kilogram itu juga sudah paling berat. Sementara itu kambing biasa paling berat ya sekira 80 kilogram. Sementara domba Merino paling besar bisa mencapai 150 kilogram. Karena besar dan berat harus ada 3 orang yang mengangkatnya," ucap Dedi.
Domba-domba milik Dedi biasa dikirim ke berbagai wilayah di Jawa Barat karena serapan terhadap domba lebih tinggi.
Selain itu memang daerah Jawa Barat an identik dengan domba, ketimbang Jawa Timur dan Jawa Barat yang ketika kurban banyak menggunakan kambing.
Sekarang domba-domba hasil persilangan seperti Texel/Dombos jauh lebih banyak ketimbang Merino itu sendiri.
Karena domba Merino yang asli pasarannya cukup mahal, sehingga disesuaikan dengan kebutuhan pasar. (Tribunjateng/jti)