Pemkot Semarang Tutup Lokalisasi Sunan Kuning, Bambang Iss: Kota Ini Bakal Kehilangan Sejarahnya
Menurut sejarawan dan penulis buku Ough! Sunan Kuning (1966-2019), Bambang Iss Wijaya, penutupan resos Argorejo untuk menutupi 'wajah' Pemkot.
Penulis: faisal affan | Editor: suharno
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Menurut rencana, Pemerintah Kota Semarang akan menutup Resosialisasi Argorejo atau lokalisasi Sunan Kuning pada tanggal 15 Agustus mendatang.
Setelah ditutupnya lokalisasi Sunan Kuning, Pemkot Semarang akan mengubahnya menjadi tempat wisata religi.
Kemudian para pemandu karaoke dan pekerja seks komersial akan mendapatkan uang tali asih dari Kementerian Sosial.
• 5 ABK Asal Indonesia Hilang Tenggelam di Taiwan, 1 TKI dari Tegal, Kapalnya Ditabrak Tanker?
• Pemilik Foto Asli Angkat Bicara Soal TKI Korea Selatan yang Tertipu Nenek-nenek
• Video Detik-detik 2 Remaja Buang Bayi di Semarang
• BREAKING NEWS: Taufik Warga Semarang yang Hilang di Wisata Guci Tegal Ditemukan di Brebes
Tapi menurut sejarawan dan penulis buku "Ough! Sunan Kuning (1966-2019)", Bambang Iss Wijaya, penutupan resos Argorejo hanya untuk menutupi 'wajah' Pemkot saja.
"Ya, menutupi 'wajah' dari Pemkot dan Pemda lain yang sudah lebih dahulu menutup tempat lokalisasi.
Hanya ingin menyelamatkan mukanya sendiri.
Saya kira ini tidak tepat.
Seharusnya Pemkot bangga karena memiliki resos percontohan," terangnya saat acara diskusi dan bedah buku di resos Argorejo, Rabu (7/8/2019).
Alasan Bambang mengucapkan hal tersebut bukan karena ingin membela warga lokalisasi Sunan Kuning.
Ia hanya ingin meluruskan bahwa Sunan Kuning juga bisa menjadi aset wisata untuk Pemkot Semarang.
"Kalau sudah ditutup, Semarang akan kehilangan sejarahnya.
Karena tempat ini juga bagian dari sejarah Kota Semarang," tuturnya.
Bambang bercerita, semula lokalisasi Argorejo hanya sebuah bukit yang berisi dua rumah.
Lokasi tersebut mejadi pilihan Pemkot Semarang saat itu karena banyak warganya resah.
"Sebelum ada Argorejo, para pekerja seks komersial menjajakan diri di Jalan Gendingan, Jalan Bojong (Pemuda), sekitar Stadion Diponegoro, dan wilayah Karanganyar Pecinan.
Karena meresahkan warga sekitar, maka Pemkot memfasilitasi mereka di lokasi yang jauh dari kota.
Maka dipilihlah lokasi ini," jelas Bambang.
Sebelum bernama Resosialisasi Argorejo, pada tahun 1966 lokalisasi tersebut bernama Sri Kuncoro.
Tapi karena warga Sri Kuncoro keberatan dengan nama tersebut, maka diubah menjadi Sunan Kuning.
"Nama Sunan Kuning (SK) diambil dari nama petilasan ulama muslim berdarah Tionghoa yang pernah menyebarkan agama islam di tempat ini.
Tapi berjalannya waktu, kalangan masyarakat muslim di Kota Semarang keberatan.
Karena menggunakan nama petilasan untuk tempat prostitusi.
Akhirnya diganti lagi menjadi Resos Argorejo," beber dia.
Nama tersebut akhirnya didaftarkan ke Pemkot Semarang untuk mendapatkan legalitas yang akhirnya bisa diresmikan oleh Walikota Semarang saat itu.
Pada tahun 1981, ada beberapa warga resos Argorejo yang mulai membubarkan diri.
Akhirnya mereka pindah lokasi di wilayah Simpang Lima Semarang yang kemudian dikenal dengan nama ciblek.
"Ciblek di Simpang Lima cara menjajakannya dengan menawarkan teh poci.
Misal saya penjual minumannya, para PSK ini yang menawarkan minuman tersebut," katanya.
Ciblek di Simpang Lima dirasa oleh sebagian warga meresahkan dan Pemkot diminta untuk memindahkan mereka.
"Ada sebagian yang kembali ke resos Argorejo, sebagian lainnya akan dipindah ke lokasi yang ada di Pudak Payung.
Tapi warga sekitar situ menolak dan banyak rumah yang sudah dibuat Pemkot dirobohkan warga.
Akhirnya mereka tetap dialihkan ke resos Argorejo," tambah dia.
Penutupan tempat prostitusi yang ada di Indonesia tidak terlepas dari peran Menteri Sosial saat masih dijabat oleh Khofifah Indar Parawansa.
Menurut Bambang, Khofifah mengeluarkan aturan Pemkot dan Pemkab untuk menutup tempat prostitusi maksimal hingga tahun 2019.
"Jakarta, Bandung, Solo, dan Surabaya sudah.
Maka kini giliran Semarang.
Tapi saya yakin prostitusi masih tetap berjalan walau dengan nama lain.
Sama seperti Dolly yang saat ini juga masih ada," tandasnya. (afn)
• Anak dan Menantu Mbah Moen Terbang ke Makkah, Totalnya Ada Lima Orang
• Busana Cinta Laura Diprotes FPI, Panitia Jember Fashion Carnaval: Cinta Datang Tak Dibayar
• Detik-detik Penyanyi Dangdut Ratna Antika Jadi Korban Ambrolnya Jembatan Saat Selfie Bersama Warga
• Kantor Staf Presiden Munculkan Wacana Sistem Penggajian Tunggal untuk ASN