Anak-anak SD di Purbalingga Hidupkan Kembali Wayang dari Ranting Daun Singkong
Dunia kanak-kanak tak lepas dari aktivitas bermain dan hiburan. Dari situ, tercipta aneka permainan untuk memenuhi kebutuhan anak.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, PURBALINGGA - Dunia kanak-kanak tak lepas dari aktivitas bermain dan hiburan.
Dari situ, tercipta aneka permainan untuk memenuhi kebutuhan anak.
Permainan anak pun mengalami pergeseran bentuk dan model seiring perkembangan zaman.
Belum tuntas soal permainan berbahan sintetis yang menggusur permainan tradisional berbahan alam.
Kini permainan anak kembali bertransformasi dengan bentuknya yang baru.
Dalam benda kecil berbentuk persegi yang disebut gawai, segala bentuk permainan anak mudah ditemukan.
Sang anak tak perlu repot membeli mainan atau membuatnya.
Pun tak perlu banyak gerak untuk memainkannya.
Cukup pasang mata dan memainkan jempol di muka layar, anak bisa menikmati permainan berbasis digital sepuasnya.
Tetapi cara bermain itu bukan tanpa risiko.
Anak menjadi terasing dengan lingkungannya, dan dampak buruk psikologis lainnya.
Belum dampak dari sisi kesehatan fisik yang tak kalah mengkhawatirkan.
Pengelola museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja Purbalingga mencoba mengenalkan kembali permainan tradisional yang sudah jauh ditinggalkan mereka.
Sebanyak 20 siswa SD di wilayah Purbalingga belajar membuat wayang mainan dari ranting daun singkong.
Siapa sangka, wayang yang biasanya dibuat menggunakan bahan baku kulit atau kayu ini, ternyata dapat juga dimodifikasi menggunakan ranting daun singkong.