Wujudkan Sumber Daya Manusia Unggul, Pemkot Salatiga Gagas Pendirian Sekolah Inklusif
Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga melalui Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Salatiga terus berkomitmen membangun sumberdaya manusia.
Penulis: M Nafiul Haris | Editor: suharno
TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga melalui Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Salatiga terus berkomitmen membangun sumber daya manusia yang unggul selama kepemimpinan Wali kota Salatiga Yuliyanto bersama Wakil Wali Kota Muh Haris.
Baru-baru ini kota berjuluk Hati Beriman tersebut meluncurkan program ‘Smart Resources Center’ yang ditujukan bagi peserta didik berkebutuhan khusus agar mendapatkan kesempatan belajar yang luas sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya dalam sekolah reguler.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Salatiga Yuni Ambarwati mengatakan tujuan dari program ‘Smart Resources Center’ atau dengan bahasa umum biasa disebuut dengan sekolah ingklusif mewajibkan sekolah regular (umum) wajib menerima anak-anak berkebutuhan khusus tidak sebagaimana yang sudah berjalan sekarang.
“Jadi sekolah inklusi ini tindak lanjut sejak pencanangan Kota Salatiga sebagai kota inklusi tahun 2012. Kemudian dikeluarkan Perwali Nomor 12 tahun 2013 diantaranya mewujudkan sekolah inklusif sekarang sudah berjalan hanya saja kurang maksimal. Sejak saya menjabat menjadi kepala dinas yang baru akan saya dorong kembali, tahapan sekarang sedang proses pendidikan bagi guru khusus anak-anak inklusi,” terangnya kepada Tribunjateng.com, di Kantor Dinas Pendidikan Kota Salatiga, Jumat (16/8/2019).
• Lomba Hias Gapura Sambut HUT Ke-74 RI, Ada Gatotkaca di Tengah-tengah Peta Indonesia
Menurut Yuni, sejauh ini pelaksanaan model sekolah inklusi kurang maksimal lantaran minimnya tenaga khusus anak-anak berkebutuhan khusus, apabila dibebankan pada guru biasa khawatirnya program yang ada kurang maksimal.
Ia menambahkan guna mendukung penyelenggaraan kebijakan yang ada supaya maksimal pada bulan Mei lalu secara resmi diluncurkan Unit Layanan Disabilitas Bidang Pendidikan Inklusif atau Smart Resources Center Kota Salatiga.
Layanan tersebut, memberikan beberapa layanan khusus siswa dengan kebutuhan khusus mulai divisi komunikasi dan informasi, divisi layanan identifikasi, divisi layanan kesehatan dan terapi.
“Kemudian ada pula divisi layanan psikologi, divisi kelembagaan dan pengembangan serta divisi supervisi dan monitoring. Sehingga, harapannya kesulitan maupun halangan yang ditemui di perjalanan dalam menyelenggarakan pendidikan inklusif dapat segera teratasi,” katanya.
Ia menambahkan melalui program tersebut besar harapan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi warga Kota Salatiga yang membutuhkan.
Di luar itu, warga dengan kebutuhan khusus yang sekarang terkesan kurang diperhatikan mereka akan merasa benar-benar mendapat perhatian.
Hal itu lanjutnya juga didukung dengan pembangunan sarana publik maupun pelayanan yang ramah bagi masyarakat berkebutuhan khusus dari Pemkot Salatiga.
Kadisdik Salatiga menerangkan tujuan dari pembangunan pendidikan untuk semua di Kota Salatiga juga merupakan bagian dari upaya menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Hanya saja kata dia, sesuai kewenangan yang dimiliki layanan pendidikan khusus bagi siswa atau pelajar berkebutuhan khusus hanya melayani perserta didik setingkat pendidikan anak usia dini (PAUD), dan sekolah dasar (SD).
“Ini masih kami lakukan sejumlah persiapan, sedang disusun kepengurusan sehingga satuan khusus dari para guru atau tenaga pendidik siswa berkebutuhan khusus ini dapat membantu satuan pendidikan yang ada sekarang. Karena tujuan pendidikan inklusif sendiri memberikan pelayanan kepada siswa dengan kebutuhan khusus, atau keistimewaan dimana model pembelajaran bersamaan dengan siswa umum lain (normal),” ujarnya.
• Sindir Farhat Abbas, Hotman Paris Pamer Kemesraan dengan Vanessa Angel: Elu Bisa Apa Coba
Pihaknya menegaskan sejauh ini muncul pemahaman dimasyarakat anak dengan kebutuhan khusus harus semuanya sekolah pada sekolah luar biasa (SLB), padahal tidak selalu mustinya dilihat dulu kelainan atau kebutuhan khususnya seperti apa.
Jika dahulu hanya beberapa sekolah saja diperbolehkan menerapkan model pembelajaran inklusif sekarang tidak lagi, hanya sekarang tergantung pada zona masing-masing.
Dikatakannya, tantangan mewujudkan model pembelajaran sekolah inklusif adalah setiap sekolah harus menyediakan guru pembimbing khsusus (GPK).
Tetapi, yang berjalan sekarang adalah guru mata pelajaran umum dengan dibekali pelatihan khusus diminta mengajar terkait pendidikan ingklusif.
“Sehingga dasar pendidikannya ini berbeda, lalu terkait kurikulum juga berbeda dengan anak umum (normal) jadi perlu adanya modifikasi. Nah, ini kami karena merasa sudah siap menerapkan setelah selesai tersusun semua akan kami usulkan ke pemerintah pusat, termasuk guru formasi khusus GPK,” jelasnya.
Kemudian terkait persiapan menyambut era revolusi industri 4.0 Disdik Kota Salatiga tidak hanya melakukan sejumlah pelatihan terhadap guru melainkan pula bimbingan teknis melalui program kedinasan agar kompetensi para guru semakin baik.
Lalu yang perlu digaris bawahi para guru tidak melarang atau membatasi peserta didik bersikap kritis, bisa memecahkan masalah serta kreatif dan inovatif.
Sehingga, konon era revolusi industry 4.0 yang konon menuntut seseorang berpikir tingkat tinggi para lulusan kedepan tidak gamang menghadapi perubahan karena telah sedikit banyak mendapat bekal selama menjalani pendidikan sekolah.
Selanjutnya penggabungan keterampilan, kecakapan, sikap, serta pemanfaatan teknologi informasi komunikasi menghadapi abad 21 para guru baik mata pelajaran atau pengawas terus disiapkan.
“Pelatihan-pelatihan ini terus berlangsung ya dari internal Disdik Kota Salatiga maupun dari luar. Mulai dari pengembangan media pembelajaran, bahan ajar, website, penjaminan mutu semua disasar baik guru mata pelajaran atau guru kelas dari semua jenjang SD-SMP,” ucapnya.
Dari upaya yang dilakukan tersebut beragam penghargaan diraih satuan pendidikan Kota Salatiga baik melalui para guru maupun siswa yang tersebar pada beberapa sekolah negeri atau swasta.
Tercatat sepanjang tahun 2018 sebanyak 29 penghargaan tingkat Kota Salatiga, Provinsi Jateng bahkan nasional disabet.
Yuni bercerita tahun 2018 lalu ada dua guru asal SDN Dukuh 03 bernama Hana Septina Kristanti berhasil mendapatkan penghargaan kategori guru berprestasi dan berdedikasi tingkat nasional dari Kemendikbud.
“Masih pada tahun yang sama ada bu Alpha Mariani itu pengajar di SMPN 6, penghargaan sama kategorinya urutan juaranya sama masing-masing mendapat juara 1 hanya saja beda jenjang pengajaran saja,” imbuhnya.
Kemudian lanjut dia, pada tahun 2019 ini telah ada sebanyak 23 penghargaan terkumpul dimana 21 diantaranya diraih para guru yang mengajar.
Penghargaan yang didapatpun bermacam-macam baik inovasi model pembelajaran atau inovasi lain seperti penerapan model sekolah ramah lingkungan sebagaimana berlaku di SMPN 7 dan SD Kauman Kidul.
Untuk SMPN 7 dan SD Kauman Kidul dua tahun berturut-turut mendapat penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup karena dinilai menerapkan prinsip-prinsip sekolah dengan wawasan lingkungan kepada para siswanya.
Tidak hanya dalam praktik belajar mengajar juga pengelolaan sarana prasarana.
"Terbaru siswa MTS N Salatiga atas nama Denis Darmawan meraih juara 1 kejuaraan karate 2019 tingkat Provinsi Jateng. Lalu TK Islam Al-Azhar juara 3 tingkat Provinsi Jateng dalam lomba sekolah sehat 2019," tandasnya. (ris)