Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Mengenal Batik Ciprat karya Mulyono dari Purbalingga Dibandrol Sampai Rp 250 Juta

Masyarakat tak asing dengan istilah batik tulis, cap, hingga printing. Perbedaan teknik membatik menentukan karakteristik karya itu yang punya

Penulis: khoirul muzaki | Editor: muh radlis
TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI
Batik ciprat karya Mulyono 

TRIBUNJATENG.COM, PURBALINGGA - Masyarakat tak asing dengan istilah batik tulis, cap, hingga printing.

Perbedaan teknik membatik menentukan karakteristik karya itu yang punya keunggulan masing-masing.

Tetapi di luar itu, ada teknik batik yang mungkin masih asing bagi masyarakat pada umumnya.

Sebuah keluarga di Desa Karangtalun Kecamatan Bobotsari Purbalingga berhasil mengembangkan kerajinan batik dengan teknik ciprat.

Siapa sangka, batik karya Mulyono yang berkolaborasi dengan anaknya, Kurniawan Dwi Hastanto sarjana seni lulusan Universitas Negeri Semarang (Unnes) diminati banyak orang dengan harga cukup mahal.

Mulyono mengaku batik hasil karyanya banyak memadukan teknik dalam kesenian khususnya seni rupa.

Namun, yang paling unik adalah pengerjaan batik dengan cara menyipratkan tinta malam ke kain putih.

Tak ayal teknik ini melahirkan motif dan pola yang indah.

Pipa Gas di Desa Kuripan Demak Semburkan Lumpur, Warga Cuma Ditawari Kompensasi Rp 3 Juta

Ada Isu Penabrak Lari di Overpass Manahan Solo Keluarga Polri, Ini Kata FX Hadi Rudyatmo

Wartawan Walk Out Tak Mau Liput Menteri Hukum dan HAM di Nusakambangan, Ini Sebabnya

Kadang Jadi Kernet Truk, Sekeluarga Atlet Gulat Berprestasi di Brebes Ini Masih Hidup Memprihatinkan

Mulyono menuturkan, batik yang dikembangkan bersama kelompok Kencana Putri ini merupakan perpaduan antara teknik ciprat dan tulis.

Bahkan, karyanya juga dapat diaplikasikan dengan lukisan menggunakan kuas.

“Ini caranya diciprat-cipratkan ke kain putihnya.

Jadi kuasnya dicelupkan ke malam (tinta), lalu dikebas-kebaskan dengan tidak begitu keras.

Nanti motif bisa kita arahkan sesuai dengan yang kita inginkan,” kata Mulyono.

Dari kerajinan batik ciprat khas Karangtalun tersebut, Mulyono bisa mempekerjakan sekitar puluhan wanita sehingga kesejahteraan keluarga mereka terangkat.

Tidak berlebihan, dengan nilai seni dan tingkat kerumitan yang tinggi dalam pembuatannya, harga batik ciprat ini dipatok dengan harga mulai Rp 250 ribu hingga harga fantastis Rp 250 juta.

Harga tergantung dari lama pengerjaan dan tingkat kesulitannya.

"Saya pernah membuat yang ukuran 3 meter itu sampai 3 bulan lamanya.

Alhamdulillah sudah dibeli oleh kolektor di Jakarta seharga Rp 20 juta,” jelas Kurniawan.

Batik motif wayang dan relief candi Borobudur menjadi karya andalan Mulyono.

Batik motif relief candi Borobudur dibanderolny dengan harga Rp 20 juta.

Batik-batik hasil karya Mulyono dipasarkan di Kota Pekalongan serta sudah dikenal di berbagai daerah lain.

Meski punya karakteristik yang khas, Mulyono mengaku tidak akan mematenkan motif batiknya.

Sebagai seniman sejati, ia mengaku ikhlas dalam berkarya.

Karenanya ia mempersilahkan pengrajin lainnya untuk menggunakan teknik dan motif serupa untuk dikembangkan.

“Saya hanyalah seniman yang ikhlas jadi tidak akan mematenkannya.

Silakan untuk pengrajin lain jika ingin mengerjakan batik dengan teknik dan ide semacam ini,” tutur Mulyono.

Bupati Purbalinga Dyah Hayuning Prariwi siap mempromosikan produk batik milik Mulyono.

Baik lewat acara-acara kenegaraan baik di Purbalingga maupun di tempat lain berskala nasional.

Ini dinilainya penting guna mengembangkan kemajuan UMKM Purbalingga termasuk batik milik Mulyono.

“Untuk pak Mulyono, nanti kita pasarkan di acara-acara kenegaraan resmi sehingga batiknya bisa cepat dan terus dikenal,” katanya. (aqy)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved