Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ada Korban Tewas saat Unjuk Rasa Berujung Ricuh di Papua, Kapolri: Kami Tak Pernah Gunakan Panah

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menegaskan pihak TNI-Polri tidak pernah menggunakan panah, termasuk saat menjaga aksi unjuk rasa di Deiyai, Papua

Editor: m nur huda
Kompas.com/IDON
Kapolri Tito Karnavian dan Panglima TNI Hadi Tjahjanto saat meninjau lokasi karhutla di Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, Rabu (13/3/2019) lalu. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menegaskan pihak TNI-Polri tidak pernah menggunakan panah, termasuk saat menjaga aksi unjuk rasa yang berujung ricuh di wilayah Deiyai, Papua, pada Rabu (28/8/2019).

Tito menduga panah yang mengakibatkan seorang warga meninggal berasal dari kelompok penyerang.

"TNI-Polri tidak pernah gunakan panah. Panah ini berasal dari belakang, dari kelompok penyerang sendiri, sehingga kita duga dia meninggal karena terkena panah dari penyerang sendiri," kata Tito di Rupatama Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (29/8/2019).

Menurut Tito, panah dapat mengenai orang di sekitar pemanah jika tarikannya tidak maksimal.

"Panah itu kan kadang-kadang bisa 100 meter, kadang-kadang kalau kurang tarikannya, kenanya 50 meter, kena kawan," ungkapnya.

Tak hanya masyarakat sipil yang terkena panah, aparat keamanan juga menjadi korban.

Bahkan, salah satu anggota TNI bernama Serda Rikson, meninggal akibat dibacok dan terkena anak panah.

Tito menuturkan, Rikson gugur saat menjaga kendaraan yang berisi senjata.

Penyerang merampas senjata di kendaraan yang dijaga Rikson.

"Ada rekan kita satu anggota TNI yang gugur, gugur dia sedang menjaga kendaraan, menjaga senjata yang disimpan dalam kendaraan, kemudian dilukai dan akhirnya dibacok dengan panah, gugur. Senjatanya dirampas," tutur Tito.

Kemudian, sebanyak 2 personel TNI dan 3 anggota Polri ikut terluka akibat terkena anak panah.

Peristiwa itu bermula dari aksi unjuk rasa yang diikuti sekitar 150 orang di halaman Kantor Bupati Deiyai, Papua, Rabu.

Unjuk rasa tersebut memprotes tindakan diskriminatif dan lontaran kalimat rasis terhadap mahasiswa Papua di asramanya di Surabaya, Jawa Timur.

Massa yang berunjuk rasa meminta bupati menandatangani perjanjian referendum.

Namun, saat aparat bernegosiasi dengan massa, sekitar ribuan orang datang dari berbagai penjuru dengan membawa senjata tajam dan panah.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved