Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Mau Tahu Sejarah Mantu Poci di Tegal? Teater RSPD Tampilkan Sangat Apik dan Juara di TMII Jakarta

Siapa orangtua yang tidak berbahagia saat melangsungkan hajatan? Tentu semua akan bahagia. Apalagi jika itu anak atau cucu sendiri.

Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: muh radlis
TRIBUN JATENG/FAJAR BAHRUDDIN ACHMAD
Sardi (kiri) saat marah ketika ketiga tetangganya membahas pernikahan dan acara sunat anaknya. 

TRIBUNJATENG.COM, TEGAL - Siapa orangtua yang tidak berbahagia saat melangsungkan hajatan?

Tentu semua akan bahagia.

Apalagi jika itu anak atau cucu sendiri.

Semua tetangga akan datang dan ikut meramaikan.

Begitulah potret kehidupan orang Tegal dulu yang dikemas oleh Teater RSPD Kota Tegal dalam Pentas Mantu Poci di Taman Budaya Kota Tegal, Jumat (30/8/2019) malam.

Naskah mantu poci karya Syaiful Mukmin,ingin menyampaikan tradisi asli Tegal yang kini banyak tidak diketahui.

Sebelumnya, mantu poci pun berhasil menjadi juara umum dalam Parade Teater Daerah (PTD) ke 8 di TMII Jakarta, pada Sabtu (22/6/2019).

Mewakili Jawa Tengah, Teater RSPD meraih penghargaan sutradara terbaik Yono Daryono dan aktor terbaik Mamet Suwargo.

Pentas mantu poci bermula dari dialog suami istri Sardi dan Iroh yang hingga tua belum dikarunia seorang anak.

Keduanya merasa iri, saat mendengar cerita tetangganya Nur dan Rustam mendatangi acara sunat cucunya di Solo.

“Coba kita lihat si Nur dan Rustam.

Sungguh bahagianya mereka.

Bisa melihat anaknya, cucunya, bisa menikmati apa itu sinoman, apa itu hajatan, dan apa itu kesempurnaan,” begitu ungkap Sardi mengandai- andai.

Dari Lomba Masak hingga Balap Sarung Meriahkan HUT RI, Polwan dan Bayangkari di Halaman Polda Jateng

Ini Sasaran Operasi Patuh Candi 2019 di Wilayah Purworejo

Warga Kebumen Ini Beli Baut dan Paku Seharga Rp 33 Juta, Penjualnya Punya 42 Plat Kendaraan Palsu

Mendengar pengandaian suaminya itu, Iroh tersingguh.

“Koen gon mupu anak saka keluargane enyong, keluargane koen ora gelem.

Gon mupu anak ya ora gelem, pibe donge sih sampean kang?

Kau sendiri yang tidak mau ditemani oleh anak-anak itu.

Jadi mau seperti apa lagi?

Enyong kiye gabug, ora due anak,” jawab Iroh.

Iroh yang diperankan oleh Novi Sumardi, merasa sakit hati atas ungkapan suaminya Sardi (Mamet Suwargono).

Suasana drama daerah semi komedi tersebut semakin apik dengan adanya iring-iringan musik khas Tegal.

Malamnya usai Sardi dan Iroh bertengkar, ketiga tetangganya datang Sam, Siran, dan Dul.

Namun kedatangan mereka justru semakin membuat Sardi geram.

Lagi- lagi pembahasannya tidak jauh dari resepsi pernikahan dan sunat.

Dul keceplosan, menceritakan senangnya mengadakan hajatan.

Ia bercerita, saat anaknya hajatan tetangga ada yang menyumbang gula 25 kilogram, beras 1 kwintal dan sebagainya.

“Sampean kabeh wis pernah ngaraksana ngunduh mantu, nyunati, mantu.

Ora kaya enyong.

Sampe saperene enyong durung pernah ngranapi kue.

Dadi sampean kabeh mene pan nyindir enyong apa pibe?” ungkap Sardi geram.

Singkat cerita, esoknya Sam, Siran, dan Dul datang bersama Pak Lurah.

Pak Lurah datang sekaligus menyampaikan permohonaan maaf kepada Sardi dan Iroh.

Ia pun mengusulkan supaya mereka melangsungkan mantu poci.

Tradisi asli Tegal yang diperuntukan bagi suami istri yang tidak memiliki anak.

Sardi dan Iroh setuju.

Mantu poci pun dilaksanakan.

Semua warga berdatangan membantu berlangsungnya resepsi hajatan.

Dua poci besar pun diarak ditempatkan di pelaminan layaknya kedua mempelai.

Di akhir cerita meski Sardi dan Iroh tidak memiliki anak, keduanya merasakan bahagia atas berlangsungnya mantu poci.

Sutradara Yono Daryono mengatakan, ini adalah pentas produksi ke 67 Teater RSPD Kota Tegal.

Naskah yang berjudul mantu poci, memang asli tradisi yang berkembang di Tegal.

Namun sayangnya, banyak orang Tegal yang kini tidak mengetahui tradisi mantu poci.

Bahkan mungkin sudah tidak ada lagi yang melangsungkan.

Menurutnya, tradisi mantu poci ini diperuntukan bagi mereka suami isteri yang tidak memiliki anak.

“Ini tradisi asli Tegal. Memang sekarang nyaris tidak ada,” katanya.

Yono menjelaskan, mantu poci menjadi tradisi supaya mereka yang tidak punya anak bisa merasakan kebahagian hajatan atau mantu.

Hampir tiap tahunnya orang- orang kan menghadiri hajatan atau undangan.

Sementara yang tidak punya anak tidak punya hajatan.

Yono menjelaskan, pesan moral dari pentas mantu poci ini adalah gotong royong.

“Pesan moralnya gotong royong. Jadi orang dulu kalau mau hajatan itu tidak pakai modal.

Seperti di pentas tadi, ada yang bawa beras sekuital atau telur 25 kilogram. Dan itu nantinya akan balik lagi,” jelasnya. (fba)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved