Arini Optimis Kabupaten Pekalongan Bebas Kasus Stunting 3 Tahun ke Depan
Pemerintah Kabupaten Pekalongan optimis pada kurun waktu 3 tahun kedepan, di wilayah Kabupaten Pekalongan sudah bebas dari kasus stunting.
Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, KAJEN - Pemerintah Kabupaten Pekalongan optimis pada kurun waktu 3 tahun kedepan, di wilayah Kabupaten Pekalongan sudah bebas dari kasus stunting.
"Hal ini dimungkinkan karena kami sudah melakukan intervensi bersama-sama dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten hingga pemerintahan desa, BUMN, serta ormas.
Ini yang membuat kita optimis tidak mencapai tahun 2030 kita sudah selesai permasalahan ini," kata Wakil Bupati Pekalongan Arini Harimurti kepada Tribunjateng.com usai menghadiri aksi rembug percepatan penurunan stunting di Desa Sabarwangi, Kecamatan Kajen, Rabu, (4/9/2019).
Pihaknya mengungkapkan stunting sendiri adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir.
Akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
• 6 Hari Operasi Patuh, Polres Semarang Sudah Tindak 1.368 Pelanggar, Beberapa Kendaraannya Disita
• Polisi Sebut Kemunculan Buaya di Sungai Comal Pemalang Belum Bisa Dibuktikan Kebenarannya
• Siap-siap, Trans Semarang Bakal Operasionalkan BRT Koridor 8 dan Feeder dalam Waktu Dekat
Penyebab stunting juga dipengaruhi oleh multi faktor yang tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi saja selama masa kehamilan.
"Melalui rembuk stunting ini, dicari penyebabnya dan mencari solusinya.
Masing-masing OPD nanti akan memberikan kegiatan menyusun aksi dalam rangka menannggulangi masalah stunting ini termasuk dari pihak swasta dan masyarakat," ungkapnya.
Menurut Arini, bahwa masa depan bangsa ini sangat tergantung dari tingkat kesehatan masyarakat khususnya anak-anak.
Pihaknya berharap anak-anak Kabupaten Pekalongan dimasa mendatang sehat, cerdas, dan kreatif.
Namun, dalam kenyataannya masih mempunyai permasalahan yaitu stunting. Hal ini kaitannya dengan perbaikan gizi sehingga harus dilaksanakan secara komprehensif.
"Hasil pencatatan data yang dilakukan pada tahun 2018, masih ada 32,13 persen atau 3.039 anak dari 67.953 balita.
Namun tentu saja angka tersebut masih perlu divalidasi, apakah alat ukurnya sudah standar, lalu cara ngukurnya juga," tambahnya. (Dro)