Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Viral KKN Desa Penari, Desa Menari Ternyata Ada di Lereng Gunung Telomoyo, Ini Asal-usulnya

Beberapa waktu lalu, kisah fiksi Desa Penari sempat viral ketika cerita horor KKN di Desa Penari banyak diperbincangkan orang.

Penulis: rival al manaf | Editor: m nur huda
Tribun Jateng/ Rival Almanaf
Anak-anak menari di Festival Lereng Telomoyo, Desa Menari Tanon, Getasan, Sabtu (13/10/2019). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Beberapa waktu lalu, kisah fiksi Desa Penari sempat viral ketika cerita horor KKN di Desa Penari banyak diperbincangkan orang.

Ternyata, desa yang memiliki banyak penari itu memang benar ada di dunia nyata.

Namun, jauh dari kesan misteri dan menyeramkan lokasi itu justru menjadi tempat wisata edukasi.

Ya, Desa Menari terletak di Dusun Tanon Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

Berada di lereng Gunung Telomoyo mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani dan peternak.

Namun, saat seorang pemuda desa bernama Trisno mengajak masyarakat untuk sadar wisata ia kemudian membranding nama Desa Menari sejak tahun 2016.

"Karena kalau Desa Wisata Tanon sudah ada di daerah lain kami pilih Desa Menari karena kebetulan masyarakat sini juga pelestari budaya Tari," ucapnya saat ditemui Sabtu (12/10/2019) lalu.

Ia menceritakan awal mula membranding Desa Menari dimulai setelah lulus dari Fakultas Psikologi UMS tahun 2002. Saat itu ia tidak lantas mencari kerja ke kota.

Ia kembali ke desanya, bertani dan beternak mengajak warga sekitarnya untuk tetap mempertahankan nilai-nilai pedesaan sembari terus mengisi siklus hidup keseharian.

"Saya melihat di dusun saya ini profesi peternak dan petani mulai kehilangan generasi penurus. Lalu saya cari upaya agar masyarakat desa bisa tetap bangga dengan profesinya dan anak cucunya juga berminat meneruskan," ucap pria yang kini berusia 38 tahun itu.

Dari tahun 2002 hingga 2009 ia menyebut belum menemukan konsep. Seiring berjalannya waktu ia kemudian menyadari untuk bisa mengajak warga mencintai profesinya adalah dengan pendekatan wisata.

Ia pun menyampaikan konsepnya tersebut kepada masyarakat Dusun Tanon, namun mereka tidak serta merta menerima.

Kendala sumber daya manusia sebagian besar warga yang belum tamat pendidikan sekolah menengah membuat konsepnya tidak diterima.

Meski demkikian Tris terus berupaya hingga akhirnya warganya sepakat untuk menerima wisatawan masuk.

Ia kemudian membuat paket wisata bertani, beternak, dolanan tradisional, mulai engklek, enggrang, gobaksodor, dan membuat homestay di rumah warga.

"Di tahun itu saya tawarkan paket dan konsep wisata itu saya sampaikan ke pemerintah agar mendapat bantuan dan dukungan.

Namun ditolak, saat itu pemerintah menanyakan ada objek apa yang bisa dijual, diangkat? Saya bilang di desa kami memang nggak ada objek apa-apa, namun kami menawarkan wisata pengalaman dan edukasi, bagi mereka saat itu konsep ini nggak masuk," terang Trisno.

Meski demikian ia pantang menyerah, dari pemerintahan tidak tembus ia membidik sektor swasta melalui program CSR yang ada.

Tahun 2015 mereka mendapat bantuan dan dukungan dari Astra.

Tanon kemudian disulap menjadi desa wisata yang bukan hanya mengandalkan pertanian dan peternakan.

Unsur kesenian dimasukan sebagai tambahan daya tarik dan jadilah brand baru Desa Menari.

"Kebetulan warga desa ini juga mayoritas pelestari kesenian tari. Ada berbagai macam tarian lokal yang mampu dimainkan warga dari anak-anak, remaja, hingga dewasa," terangnya.

Desa Menari sendiri sebenarnya merupakan akronim dari Menebar Harmoni, Merajut Inspirasi, Menuai Memori.

Untuk semakin menarik wisatawan warga desa kemudian menggelar Festival Lereng Telomoyo, yang digelar Sabtu dan Minggu, 12 dan 13 Oktober 2019.

Ada lebih dari 16 tarian yang ditampilkan dalam festival selama dua hari itu. Mulai dari Geculan Bocah, Topeng Ireng, hingga Jaran Kepang dipertontonkan lengkap dengan perangkat musik dan penyanyi.

Uniknya, panggung pertunjukan dibangun di tengah-tengah perkampungan dengan bangunan kayu rumah warga yang berlokasi di lereng Gunung Telomoyo.

Namun, hal itu justru membuat atmosfer berkesenian semakin terasa.

Kini Desa Menari menjadi desa wisata yang menawarkan paket wisata beternak, bertani, dolanan tradisional, hingga paket kesenian.

Harganya bervariasi mulai ratusan ribu rupiah hingga jutaan dengan minimal kelompok 30 orang.(*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved