Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Woro Ambil Ikon Semarang Sebagai Motif Batik

Usaha batik menjadi satu primadona dalam bisnis fashion di Indonesia, termasuk di Kota Semarang.

Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: muh radlis
TRIBUN JATENG/EKA YULIANTI FAJLIN
Pelaku UMKM dari Kelurahan Mlatiharjo, Kota Semarang, Woro Prijaningrum, mengikuti pameran UMKM di Java Mall, Sabtu (20/10/2019). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Usaha batik menjadi satu primadona dalam bisnis fashion di Indonesia, termasuk di Kota Semarang.

Terbukti, semakin banyak usaha batik di Kota Lumpia ini.

Tak hanya para desainer, banyak pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kota Semarang pun yang mengambil jalan untuk usaha batik.

Seperti seorang pelaku UMKM dari Kelurahan Mlatiharjo, Kota Semarang, Woro Prijaningrum.

Dia telah menggeluti usaha batik sejak 2013.

Dalam usaha batiknya, Woro lebih fokus menciptakan batik bernuansa Semarang.

Dia mengambil beberapa ikon Kota Semarang sebagai motifnya, seperti Tugu Muda, Patung Warak, Lawang Sewu, dan Buah Asam.

Pemeran Yu Es Teh di Vlog Pak Bhabin AKP Nyi Ayu Fitria Dimutasi, Ini Penggantinya

Dalam Sehari, Polres Kebumen Tangkap 5 Penjual dan Sita Puluhan Botol Minuman Keras

"Karena saya tinggal di Semarang, saya mencoba produksi hal yang menjadi ciri khas Kota Semarang, bisa dipakai orang Semarang sendiri atau menjadi oleh-oleh," tutur Woro, Sabtu (20/10/2019).

Batik yang diproduksi olehnya berupa batik tulis dan batik cap.

Ada yang berupa kain maupun berupa produk lain, semisal hand bag, tas laptop, hem, dress, dan sebagainya.

Selain prodiksi batik, dia juga membuat produk ecoprint.

Dia menyebut, setiap produk harganya bervariasi mulai dari puluhan ribu hingha ratusan ribu.

Untuk produk tas dia mematok harga mulai dari Rp 25 ribu.

Sementara, untuk hem ataupun dress harganya bervariasi.

"Harganya bergantung model.

Kalau misal dressnya banyak ornamen harganya pasti lebih mahal.

Harganya mulai Rp 200 ribu.

Adapun harga kain batik semarangan, Woro menambahkan, juga bervariasi, yakni Rp 125 ribu hingga 150 ribu untuk batik cap.

Sedangkan, batik tulis berkisar Rp Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu.

"Harganya bergantung motif.

Kalau motifnya cantik, apik, harganya juga apik.

Warna juga mempengaruhi.

Kalau hanya satu warna harganya murah, kalau banyak warna bisa sampai Rp 500 ribu," paparnya.

Terkait dengan pemasaran, dia membuka outlet di Jalan Citandui Raya H, Kelurahan Mlatiharjo, Kota Semarang.

Selain membuka outlet, dia juga bergabung dalam UMKM Cluster Batik dengan beberapa pelaku UMKM di Kota Semarang.

Pihakmya kerap mengikuti expo atau pameran untuk memasarkan produksinya.

"Ada yang dari Tugu, Citarum, Krapyak, dan lainnya.

Kami tergabung dalam claster UMKM Batik Semarangan.

Kami kerap mengikuti expo-expo," katanya.

Menurutnya, produknya banyak dibeli oleh orang-orang luar Semarang. Mayoritas membeli sebagai oleh-oleh.

Selain itu, dia juga kerap menerima pesanan batik semarangan dari sejumlah komunitas maupun instansi. (eyf)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved