Kisah Pilu 3 Penjual Bakso Korban Longsor di Banjarnegara, Kehilangan Rekan yang Tertimbun Tanah
Hujan pagi hari tak membuat Sabar terlambat bangun. Ia tetap terjaga seperti biasa, pukul 05.30 WIB meski kantuk masih membujuk.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Hujan pagi hari tak membuat Sabar terlambat bangun.
Ia tetap terjaga seperti biasa, pukul 05.30 WIB meski kantuk masih membujuk.
Maklum, waktu tidur Sabar semalam kurang.
Ia pulang jualan tengah malam, lalu tidur dini hari.
Letih yang ia kumpulkan, harusnya ia bayar dengan istirahat panjang.
Mulai menjelang sore hingga larut malam, ia jalan kaki menyusuri kota.
Di pundaknya, ia memikul beban dagangan, bakso lengkap dengan kuah panas.
Beban itu akan berkurang jika ramai orang yang membeli.
Tetapi langkahnya akan tetap berat jika dagangannya sepi.
• Kecelakaan saat Hujan di Purbalingga, Honda Jazz Dikendarai Rizki Ngebut Tabrak Pikap Carry
• 3 Guru Besar Baru di Undip Semua Wanita, Profesor Delianis Terisak Sebut Ibunda
• MotoGP 2019 : Ada Pencuri di Sirkuit Sepang Malaysia, 6 Tim Balap Kehilangan Laptop hingga Sparepart
• BREAKING NEWS: Afridza Munandar Calon Juara Asia Talent Cup 2019 Meninggal Kecelakaan di Malaysia
Sabar tak sendirian.
Ia punya teman seperjuangan, Minoto dan Darto yang berasal dari kecamatan sama, Pagentan.
Mereka merantau ke kota Banjarnegara untuk mengais rizki.
Cara berjualan mereka masih sangat tradisional.
Bukan sepeda motor atau gerobak untuk transportasi jualan.
Mereka masih mengandalkan otot pundak dan kaki untuk tumpuan dagangan.