Kisah Pilu 3 Penjual Bakso Korban Longsor di Banjarnegara, Kehilangan Rekan yang Tertimbun Tanah
Hujan pagi hari tak membuat Sabar terlambat bangun. Ia tetap terjaga seperti biasa, pukul 05.30 WIB meski kantuk masih membujuk.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muh radlis
Di sebuah rumah sederhana yang menempel di tanggul saluran irigasi, Rt 4 Rw 1 Kelurahan Parakancanggah Banjarnegara, ketiganya tinggal.
Gubuk di lahan liar itu mereka sewa seharga Rp 300 ribu perbulan.
Mereka mungkin tak pernah menyangka, tinggal di bawah tanggul bakal membawa petaka.
Di pagi teriring hujan itu, mereka sebenarnya sudah mendengar alarm bahaya.
Air di saluran irigasi meluap hingga airnya merembes ke tanah tanggul.
Meski Sabar tak menyadari tanah sudah retak sebelumnya.
Hingga warga mengingatkan mereka saat marabahaya itu kian dekat.
Nahas, tanah bergerak lebih cepat dari langkah mereka.
"Kejadiannya sangat cepat.
Mau keluar gak bisa karena sudah ketutup semua," katanya.
Pintu rumah telah tertutup tanah.
Mereka terjebak dalam rumah.
Sabar berusaha keluar melalui lubang jendela.
Tetapi usahanya gagal.
Bongkahan batu jatuh menjepit kakinya.