Viral Kisah Novi, Anak Tukang Bubur Buka Donasi untuk Biaya Kuliah di Turki, tapi Ini yang Terjadi
Pada Juli 2019, ia berhasil masuk di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Administrasi Bisnis, Jurusan Bisnis, Kirklareli University, Turki
Dalam situs tersebut, disebutkan pula ia membutuhkan rincian dana kuliah, termasuk tiket pesawat dan visa untuk pelajar yang masing-masing seharga Rp 13 juta dan Rp 1 juta.
Kemudian, ada juga biaya kuliah yang dirinci mulai dari SPP Rp 800 ribu, biaya daftar uang Rp 1,5 juta dan biaya kuliah per semester Rp 6,4 juta.
Sementara, untuk biaya hidup, uang bulanan mencapai Rp 7,2 juta per tahun, sewa kos Rp 10,8 juta per tahun dan biaya transportasi Rp 6 juta per tahun.
Jika ditotal secara keseluruhan mencapai Rp 46,7 juta.
Kisah ini pun mengundang perhatian warganet.
Sebagian besar menyayangkan mengapa Novi justru memilih melanjutkan studi di Turki daripada di dalam negeri, mengingat universitas yang dituju bukanlah universitas bergengsi.
“Menurut situs Webometrics, Kirklareli University berada di urutan 6000++ ranking universitas dunia.
Bahkan jauh di bawah ranking Top 100 Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia yang berada di urutan 5000++ ranking dunia,” ujar akun @sukaskinker.
Akun tersebut juga mempertanyakan apa tidak sebaiknya Novi berkuliah di Indonesia saja, meski bukan di universitas ternama, tapi dengan biaya sebesar itu, Novi bisa masuk ke PT Top 100 di Indonesia.
Bahkan, biaya tersebut bisa untuk kuliah empat tahun di Indonesia.
Tak hanya itu, warganet bernama Fadlan Abu Ahla melalui akun Twitternya @vadlanisme juga memberikan saran untuk Novi agar kuliah di Indonesia saja.
Namun, jika Novi tetap bersikeras untuk kuliah di Turki, dirinya bisa mencoba beasiswa dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Turki atau Pemerintah Turki.
“Harusnya ikut beasiswa dari Pemerintah Turki atau dari Lembaga Turki yang ada di Indonesia. Kalau lewat jalur mandiri begini, gak usah jauh-jauh ke Turki, cukup ke BSI saja. Biaya gak terlalu mahal, bisa disiasati untuk ambil kelas karyawan. Jadi kuliah sambil kerja,” ucapnya.
Fadlan juga menceritakan dirinya sempat mengikuti seleksi beasiswa di Turki via pemerintah.
Menurut dia, seleksi itu cukup ketat, mulai dari pemberkasan hingga nilai TOEFL yang harus mencapai 500.