Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Djarot Kritik Pembangunan Trotoar Jakarta di Era Anies Baswedan

Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat mengkritik pembangunan trotoar di DKI Jakarta yang dilakukan Anies Baswedan.

Penulis: Ardianti WS | Editor: abduh imanulhaq
YOUTUBE
Djarot Kritik Pembangunan Trotoar Jakarta di Era Anies Baswedan 

TRIBUNJATENG.COM- Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat mengkritik pembangunan trotoar di DKI Jakarta yang dilakukan Anies Baswedan.

Djarot mengkritik Anies Baswedan soal pembangunan trotoar di DKI Jakarta.

Hal tersebut disampaikan Djarot di ILC pada Selasa (12/11/19).

Mulanya, Djarot berterimakasih kepada ILC yang telah mengundangnya.

Namun, Djarot mengaku kecewa lantaran Anies Baswedan tidka bisa datang ke ILC.

Padahal, Djarot mengaku ingin mmeinta kejelasan kepada Anies agar persoalan APBD ini clear.

"Saya berharap pak Anies bisa datang, kita berharap supaya kita bisa mengetahui secara jernih dan sistem anggaran yang dijalankan," ujarnya.

Djarot lalu mengaku kangen dengan Anies Baswedan.

"saya juga kangen sama Pak Anies," ujar Djarot.

Djarot lalu menceritakan awal mulanya ia duduk di kursi wakil gubernur.

"Saya masuk di DKI Desember 2014, ada kekosongan wakil gubernur dan saya masuk, Pak Jokowi naik jadi presiden, dan pak Ahok dilantik Gubernur, prosesnya sangat cepat sekitar 2 bulan, saat itu ada perpu no 1 tahun 2014 sehingga Pak Ahok berhak mengajukan calon yang ia pilh tanpa melalui pemilihan di DPRD," ujarnya.

Saat itu Djarot ditawari Ahok untuk jadi wakil Gubernur.

"Lalu saya minta Pak Ahok tanya ke Bu Megawati selaku ketua umum partai, bu Mega setuju lalu diajukan ke Presiden Jokowi dan saya langsung dilantik Pak Ahok," ujarnya.

Dihargai Rp 14 Miliar Jika Bisa Tangkap Wanita Cantik Ini, 100 Orang ISIS Terbunuh di Tangannya

BERITA LENGKAP: Mayat Mbak Rini Tak Berbusana Tewas Setelah Berhubungan Intim, Pelaku Satu Keluarga

Daftar Harga dan Spesifikasi iPhone 11, iPhone 11 Pro dan iPhone 11 Pro Max

Setelah ditetapkan menjadi Wakil Gubernur, Djarot mengaku banyak belajar terkait sistem birokrasi dan masyarakat.

Lalu Djarot menjelaskan awal mula adanya sistem E Budgeting.

"Bahwa APBD adalah uang rakyat yang dikelola pemerintah dan yang bertanggung jawab adalah kepala daerah," ujar Djarot

"Maka anggaran uang rakyat dikelola sebaik mungkin dan dipertanggungjawabkan," ujarnya.

Djarot mengaku berdiskusi soal anggaran dengan Ahok dan menemukan kejanggalan.

"Bahwa anggaran sebelum di Jakarta digunakan macam-macam, sehingga barang dan jasa yang tidak dibutuhkan DKI Jakarta dianggarkan dan dieksekusi, munculnya masuk UPS yang harganya triliunan," ujarnya.

Djarot menemukan adanya sekolah dengan perlatan olahraga yang lengkap.

Sehingga saat itu, Ahok memberikan sanksi bagi oknum tersebut.

"Adanya sekolah yang memiliki alat olahraga, seperti fitnes, nah inilah DKI, banyak oknum yang sengaja memasukkan anggaran dan disetujui dan diberikan, dan oknum tersebut harus masuk penjara," ujar Djarot.

Sehingga saat itu Djarot dan Ahok sepakat untuk menggunakan sistem e-budgeting agar transparan.

"Sehingga ukurannya kinerja, maka strateginya harus kita ubah, anggaran tidak sekedar follow function, maka anggaran harus mengikuti program prioritas," ujar Djarot.

Djarot lalu mencontohkan anggaran yang termasuk program prioritas.

"Misalnya di pendidikan, anak nggak boleh putus sekolah karena biaya, maka digelontorkan biaya berupa Kartu Jakarta Pintar (KJP), yang diberikan secara cashless dan kita bisa melacaknya betul," ujar Djarot.

Djarot lantas membahas soal lem aibon dan ATK senilai 1,6 triliun.

"Yang kemarin ramai itu yang salah yang meng-input, dia harus bertanggungjawab, siapa yang memasukkan anggaran itu akan bisa dilacak, karena SKPD itu ada pasword, hanya dia yang bisa merubah, jadi nggak bisa sembarangan," ujarnya.

Djarot lantas mengatakan bahwa pemprov DKI Jakarta adalah satu-satunya pemerintahan yang berani memasukkan satuan budgetnya secara transparan.

Djarot menceritakan bahwa tahun 2014 anggota dewan banyak yang tidak setuju.

"Saat itu anggaran dari pemrov diajukan di DPRD dan disetujui, lalu diajukan ke Kemendagri, ternyata DPRD juga membuat anggaran sendiri, sehingga double saat itu, dan itu bikin kisruh," ujarnya.

Djarot menceritakan bahwa saat itu banyak anggaran untuk sosialisasi perda senilai hampir 12 triliun.

"Dan saat itu Pak Ahok marah betul, dia mabil stabilo dan mencoret anggaran tersebut," ujarnya.

Djarot lalu mengungkapkan bahwa dari kejadian tersebut, maka anggaran dibuat tranparan agar bisa dilihat oleh publik.

"Nah kalau ada yang seperti ini, kita bisa tahu siapa yang melakukan itu dan bisa diberikan sanksi," ujar Djarot.

Djarot mengatakan bahwa persoalan di DKI Jakarta sangat banyak dan luar biasa.

Djarot mengatakan bahwa selama menjabat di DKI Jakarta, ia mengerjakan sesuatu yang sempurna.

"Misalnya bikin trotoar, kita bikin yang bagus, sehingga ketika sudah jadi nggak usah dibongkar lagi," ujar Djarot.

Djarot mengaku bersyukur lantaran saat ini program itu dilanjutkan Anies Baswedan.

"Alhamdulillah, itu sekarang dilanjutkan oleh Pak Anies, saya bersyukur dan saya senang," ujarnya.

Namun Djarot juga menyampaikan kritikan.

"Tapi saya kurang sepakat, jika membangun trotoar, pohon-pohon yang hijau dihilangkan, itu saya kurang sepakat, pohon tua itu kan untuk mengurangi polusi, supaya tidak panas, dan terlihat rindang, kalau ditebangi agak sayang, kalau membahayakan ya dirapikan rantingnya saja, tetapi kalau sudah nggak sehat, ya nggak papa dipotong," ujar Djarot.

Ahok menceritakan bahwa saat itu DKI Jakarta mendapatkan banyak penghargaan.

(*)

Inilah15 Nama-nama Kontestan Indonesian Idol 2019 Lolos ke Spektakuler, 3 Orang Tersingkir

22 Kabupaten/Kota di Jateng Gelar Pentas Wayang Serentak Ramaikan Hari Wayang Nasional

Video Kecelakaan di Tol Cipularang Km 97 Hari Ini Viral, Bus BEST Sidareja Vs Truk Trailer Semen

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved