Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kisah Nenek Berusia 102 Tahun Asal Semarang, Masih Suka Makan Sambal dan Minum Air Es

Ny C. Sulistijowati asli kelahiran Kota Semarang. Nenek tinggal di Jalan Citarum Utara nomer 30 Mlatiharjo, Kota Semarang itu kini berusia 102 tahun

Penulis: Saiful Ma sum | Editor: m nur huda

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Siapa yang tahu soal panjang pendeknya umur manusia, sekalipun pribadinya sendiri.

Tak banyak pria maupun wanita yang kini hidup di era milenial dengan usia di atas rata-rata usia manusia, apalagi di atas angka 100 tahun.

Meski ada, bukan berarti menjamin setiap daerah memilikinya.

Dari Tomy Winata Hingga KH Maruf Amin, Puluhan Karangan Bunga Sambut Kelahiran Lembah Manah

Habib Rizieq Mengaku Dicekal di Arab Saudi, Guntur Romli: Ibadah di Mekkah Aja, Ngapain Pulang?

DETIK-DETIK Istri Polisi Digerebek Suami di Kamar Hotel Bersama Oknum Polisi, Ini Kronologinya

Video Kecelakaan Maut di Jalan Kyai Syakir Semarang

Seperti halnya Ny C. Sulistijowati asli kelahiran Kota Semarang.

Nenek yang kini tinggal di Jalan Citarum Utara nomer 30 Mlatiharjo, Kota Semarang Jawa Tengah itu kini berusia 102 tahun.

Tercatat ia baru saja merayakan ulangtahunnya pada 8 November lalu sejak tahun 1917.

Pemilik nama tionghoa The Kiet Nio itu kini tinggal bersama putri keempatnya dan satu perawat.

Jangan salah, meski usia 102 tahun, kesehatan Nenek Sulis bisa dibilang top.

Pada suatu kesempatan, Tribunjateng.com mengunjungi kediamannya seraya berbincang dengan nenek.

Wajah kerjput khas nenek-nenek memang tak bisa disembunyikan.

Akan tetapi, setiap kata yang dilafalkan masing terdengar jelas.

Pandangannya pun masih terbilang oke meski katanya sedikit buram saat terlalu jauh (rabun jauh).

Ia mengatakan sejauh ini tak mengeluhkan rasa sakit pada kondisi fisiknya.

Hanya saja kini rutinitasnya sehari-hari harus mengggunakan kursi roda.

Nenek Sulis pernah terjatuh yang menyebabkan tulang pinggulnya patah dan harus menjalani operasi pada September 2018.

Selebihnya semua masih berfungsi normal.

Hanya ada sedikit gangguan pendengaran, harus selalu berbicara keras dengannya.

Soal makan, nenek Sulis tak memiliki satu pun pantangan.

Semua jenis makanan ia makan.

Bahkan hingga kini sang nenek masih suka makan dengan sambal pedas cabe rawit ditemani minuman air es.

Katanya, ia suka dan enak.

"Enggak, enggak pedas, enak. Minum enggak dingin, seger," katanya, Sabtu (16/11/2019).

Melalui sang anak, Indahsari (70), diceritakan kisah nenek yang kini memiliki 6 anak, 11 cucu, dan 13 cicit tersebut.

Dulu sang nenek menikah dengan seorang laki-laki yang juga keturunan Tionghoa bernama Go Siang Lok.

Sang suami adalah seorang buruh di suatu percetakan di Kota Lama Semarang, sedang istrinya ibu rumah tangga.

Nenek Sulis pun mulai menjalani masa pahit kehidupannya setelah ditinggal sang suami di umur 50 tahun.

Saat itu, demi merawat 6 anaknya, sang nenek mulai berdagang setiap hari.

Segala macam jajanan yang terbuat dari singkong, umbi-umbian seperti sentele, hingga ikan asin pun dibuatnya.

Hasilnya ia drop ke warung-warung menggunakan sepeda.

Keenam anaknya selalu diminta untuk membantu satu sama lain.

Termasuk bekerja sama membantu penghasilan tambahan dengan membuka jasa konveksi bermodalkan 3 mesin jahit.

"Itu bertahan sampai satu persatu dari 6 anaknya menikah. Kata nenek, dia masih pingin hidup untuk melihat 1 cucu terakhirnya menikah," terang Indah.

Saat ditanya soal resep umur panjang, nenek Sulis pun mengatakan tak mempunyai resep apa-apa.

"Semua kehendak Tuhan, pasrah dengan menerima hidup dengan lapang dada", kata si Mbah ini.

Perihal kesehatan, Indah menyebut ibunya tak mempunyai kegiatan khusus selama remaja.

Namun, sejak ditinggal sang suami tubuhnya selalu bergerak guna memperjuangkan makan anak-anaknya.

Kala itu, hampir dipastikan keluarga makan sayur-sayuran setiap harinya.

Karena keterbatasan ekonomi, sesekali makan tahu tempe atau telor.

"Olahraganya ibu kerja itu bahkan sampai sebelum jatuh kemarin masih ke sana kemari. Nyabutin rumput, mandi sendiri, makan sendiri. Nah setelah jatuh, semuanya baru dibantu perawat," kata Indah.

Sejak 1997, nenek Sulis tinggal bersama Indahsari putri keempat dari 3 anaknya yang masih hidup.

Ia berhasil menyekolahkan enam anaknya hingga jenjang SMP dan SMA.

Anak paling sukses adalah nomor dua, seorang laki-laki yang dulu bekerja sebagai Sales Manager di sebuah perusahaan swasta di Semarang.

Cucu dan cicitnya kini tersebar di berbagai daerah seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Semarang.

Bahkan ada yang tinggal di Australia.

"Ibu sekarang bersama saya, nemenin saya sejak suami saya meninggal. Selama ini makannya juga gampang.  Cuma butuh penjaga yang stand by guna membantu nenek jemur di bawah sinar matahari atau terapi jalan biar kaki gak kaku-kaku," papar Indah.

"Seringnya ibu ngrendo, membuat karya anyaman bertema dari jarum dan benang. Masih jago, katanya sih buat hiburan," imbuhnya. (Sam)

Kocak, Pria di Gunungpati Semarang Ini Motornya Raib di Pasar, Ternyata Tertukar saat Parkir

Update Info Gempa Hari Ini: Manado Kembali Diguncang Gempa Magnitudo 5,9, Tak Berpotensi Tsunami

Daftar Harga dan Spesifikasi iPhone 11, iPhone 11 Pro dan iPhone 11 Pro Max

5 Warga Grobogan Pekerja Double Track Rel Kereta Api Tertimbun Longsor di Sukabumi, 2 Tewas

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved