Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Serikat Pekerja Plaju Pertamina Tolak Ahok, M.Yunus: Track Record Buruk dan Tak Punya Pengalaman

Serikat Pekerja Pertamina Plaju Palembang, Muhammad Yunus mengaku menolak Ahok menjadi bos pertamina.

Penulis: Ardianti WS | Editor: abduh imanulhaq
YOUTUBE
Serikat Pekerja Plaju Pertamina Tolak Ahok, M.Yunus: Track Record Buruk dan Tak Punya Pengalaman 

TRIBUNJATENG.COM- Serikat Pekerja Pertamina Plaju Palembang, Muhammad Yunus mengaku menolak Ahok menjadi bos Pertamina.

Hal itu diungkap oleh Muhammad Yunus saat diwawancarai Kompas TV, Senin (18/11/19).

Muhammad Yunus menilai bahwa Pertamina adalah aset strategis.

BREAKING NEWS: Kecelakaan di KM 346 Tol Batang - Semarang, Innova Tabrak Tronton, 3 Meninggal

Sukmawati: Saya Tahu Nabi Itu Derajatnya Sangat Tinggi, Saya Bukan Anak Kecil

Tagar Rocky Gerung Trending Twitter Hari Ini, Ada Apa?

VIRAL Pernikahan Beda 50 Tahun, Bujangan Berumur 70 Tahun Nikahi Wanita 20 Tahun dengan Mahar 9,3 M

Sehingga menurutnya pemerintah harus menunjuk orang yang tepat.

"Seharusnya pimpinan Pertamina dipilih sangat hati-hati dan mempertimbangkan segala aspek seperti permen BUMN, sesuai latar belakang, pengalaman kerja serta prestasi dalam korporasi" ujarnya.

lalu ia menilai Ahok adalah orang yang mempunyai track record negatif dan tidak mempunyai pengalaman di bidang energi serta gas.

Ia mengatakan Ahok dianggap mempunyai cacat persyaratan materil sehingga tidak layak untuk menjadi pimpinan Pertamina.

Serikat pekerja menilai meskipun berwenang dalam memilih dan menunjuk seseorang sebagai pimpinan BUMN, namun pemerintah juga harus memperhatikan nilai integritas dan perilaku orang tersebut.

"BTP adalah orang yang mempunyai persyaratan yang cacat materil. Di mana dalam penentuan surat Keterangan tersebut integritas dan pengalaman merupakan persyaratan utama yang harus dipunyai untuk kerja di BUMN," Kata Muhammad Yunus.

Selain itu, Yunus mengatakan bahwa Ahok rekam jejaknya tidak memenuhi klasifikasi sebagai pimpinan pertamina.

Yunus mengatakan jika pimpinan pertamina kerap membuat kegaduhan maka akan menimbulkan persoalan baru du pertamina.

Yunus mengatakan bahwa track record selama Ahok menjadi Gubernur membuat serikat pekerja tidak setuju dengan penunjukkan Ahok sebagai bos pertamina.

Yunus menambahkan, dalam penunjukan dan penetapan seseorang pimpinan di dalam lingkungan BUMN, pemerintah harus benar-benar menunjuk putra-putri Indonesia terbaik, selain Basuki Tjahaja Purnama.

"Pemerintah harus mencari putra-putri Indonesia yang terbaik, selain BTP masih banyak," ujar Yunus.

Sementara itu, Sebelumnya, Serikat Pekerja Pertamina yang diketuai Arie Gumilar menolak rencana penunjukkan Ahok masuk dalam jajaran pejabat BUMN Pertamina.

Arie Gumilar mengungkapkan, aksi penolakannya dilatarbelakangi karena Ahok memiliki cacat persyaratan materiil.

Bahkan ia mengunggah spanduk penolakan Ahok dalam Pertamina di akun Instagram-nya.

Selain itu, Arie Gumilar menilai Ahok merupakan sosok yang kerap membuat keributan.

Ia mengatakan bahwa Pertamina merupakan perusahaan strategis dalam suplay Bahan Bakar Minyak (BBM).

Menurutnya, jika ada Ahok dalam jajaran petinggi Pertamina, maka bisa saja Ahok membuat keributan atau gaduh di dalamnya sehingga mengganggu pelayanan Pertamina ke masyarakat.

Arie Gumilar membenarkan telah membentangkan spanduk yang berisi penolakan terhadap Ahok untuk mengisi jabatan di Pertamina.

Dikutip dari Tribunnews.com, dalam spanduk tersebut tertulis beberapa tuntutan.

Di antaranya Pertamina tetap wajib utuh, tolak siapapun yang suka bikin rusuh, memilih figur tukang gaduh, bersiaplah Pertamina segera runtuh.

tanggapan istana

Terkait berbagai respons penolakan para pekerja Pertamina terhadap Ahok, Juru Bicara Kepresidenen Fajrul Rahman memberikan tanggapan.

Saat ditemui awak media di Istana Negara, Fajrul Rahman menyampaikan segala proses pencalonan dan penunjukan Direktur Utama di sebuah perusahaan BUMN telah didiskusikan dan dirumuskan oleh Kementerian BUMN beserta Badan Kepegawaian.

"Presiden hanya mengatakan pemerintah terlibat dalam Tim Penilai Akhir sesuai dengan Perpres dan mengenai nama-nama yang diajukan tidak ada satupun yang disampaikan," kata Fajrul.

Fajrul menerangkan Tim Penilai Akhir merupakan sebuah tim yang diketuai oleh Presiden Jokowi dengan Ma'aruf Amin sebagai wakilnya.

Kemudian ada Menteri Sekretaris Negara, Sekretaris Tim Penilai Akhirnya adalah Sekretaris Kabinet, Menteri-Menteri terkait dan termasuk Badan Kepegawaian.

Praktis dengan adanya Tim Penilai Akhir dalam penunjukan dan penetapan seorang pimpinan perusahaan di lingkungan BUMN, terdapat berbagai masukan.

Sementara itu, Mahkamah Agung mempersilakan panitia seleksi dan pemerintah untuk mencalonkan Basuki Tjahaja Purnama sebagai pimpinan perusahaan BUMN.

Menurut Mahkamah Agung, penunjukan dan penetapan Ahok menjadi direktur perusahaan BUMN adalah hak prerogatif presiden.

Dalam penunjukan dan penetapan Ahok tersebut, Mahkamah Agung seluruhnya menyerahkan kepada panitia seleksi dan kementerian terkait.

"Dalam pencalonan, itu tergatung dengan siapa yang mencalonkan dan dicalonkan. Kemudian juga tergantung dengan tim seleksi yang telah dibentuk. Jadi dalam proses ini tidak ada hubunganya dengan Mahkamah Agung," Abdullah Humas Mahkamah Agung.

Mahkamah Agung tidak mempunyai kewenangan dalam proses penunjukan Ahok sebagai direktur salah satu perusahaan BUMN.

Mahkamah Agung sepenuhnya menyerahkan proses ini kepada pihak-pihak terkait.

Staf Khusus Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga mengingatkan Serikat Pekerja Pertamina agar lebih dahulu melihat kinerja dari Basuki Tjahja Purnama (BTP) atau akrab disapa Ahok.

Hal ini disampaikan Arya setelah ditanya terkait aksi penolakan Serikat Pekerja Pertamina terhadap Ahok yang dikabarkan akan masuk ke struktur kepemimpinan di Pertamina.

"Ini clear banget ya soal bisnis. Jangan bawa-bawa politiklah ke urusan bisnis. Jadi kami minta, kami harapkan teman-teman serikat pekerja lihat dulu kalau Pak Ahok masuk di mana, lihat dulu kerjaannya," kata Arya ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (18/11/2019).

Namun begitu, Arya masih belum memberikan keterangan jelas mengenai posisi Ahok di lingkungan BUMN.

Arya menduga adanya dorongan politik yang membuat Serikat Pekerja Pertamina melakukan aksi penolakan.

"Jadi tolong kepada serikat pekerja jangan bawa-bawa politik. Ayolah kawan-kawan Serikat Pekerja Pertamina," ucapnya.

Arya juga turut memberikan komentar mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan terkait rencana Ahok masuk jajaran petinggi di BUMN.

Kementerian BUMN saat ini tengah mengevaluasi seluruh strukturisasi sejak dipimpin oleh Menteri BUMN Erick Thohir.

Arya memastikan semua jabatan di BUMN bakal dirombak.

Diketahui Bank Mandiri, BTN, Pertamina, PLN dan Inalum masih mencari orang yang tepat untuk mengisi sejumlah jabatan.

Jabatan tersebut rencananya akan terisi sebelum akhir 2019. (*)

Anggota DPD yang Digugat Fotonya Terlalu Cantik Terlibat Kecelakaan di Tol Cipularang

Sedan Tabrak Motor di Solo, Driver Ojol Ini Baru Sadar Penumpangnya Jatuh saat Menengok ke Belakang

BERITA LENGKAP! Teror Pria Lempar Air Sperma pada Wanita, Inilah Kronologinya

Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Cecep Reza Pemeran Bombom di Sinetron Bidadari Meninggal

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved