Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Hari Itu Sebelum Meninggal karena Amukan Lebah, Sikap Endriyanti Tak Biasa, Sang Kakak: Tumben. . .

Tak hanya Endriyanti yang menjadi korban, sang suami juga kehilangan nyawanya sehari setelah kepergian adik Casmuah

Penulis: budi susanto | Editor: muslimah
Tribunjateng.com/Budi Susanto
Sejumlah warga Desa Kebandaran Kecamatan Bodeh, Kabupaten Pemalang, mengiring jenazah Suwaryo, suami Endriyanti, korban keganasan lebah ke pemakaman sekitar desa, Selasa (26/11/2019). 

TRIBUNJATENG.COM, PEMALANG - Mata Casmuah (70) terlihat merah, dan berkaca-kaca.

Di benaknya masih terekam jelas kepergian Endriyanti (45) adiknya di RS Prima Medika Pemalang.

Diketahui adik Casmuah meregang nyawa usai diserang ribuan lebah saat ia pulang dari kebun bersama sang suami Suwaryo (62).

Kejadian nahas itu, menjadi cerita pahit bagi Casmuah beserta keluarga besarnya.

Pasalnya sosok Endriyanti yang dikenal periang, menghembuskan nafas terakhir karena insiden amukan lebah.

Tak hanya Endriyanti yang menjadi korban, sang suami juga kehilangan nyawanya sehari setelah kepergian adik Casmuah.

Saat ditemui Tribunjateng.com di pemakaman Suwaryo, Selasa (26/11/2019) sekitar pukul 09.30 WIB, Casmuah menceritakan, kenangan terakhir melihat sang adik.

"Sebelum adik saya pergi ke kebun, ia sempat dandan, ia mengenakan bedak dan lipstik.

Saya tanya kok tumben dandan, kata adik saya, biar tambah cantik," ucapnya sembari berkaca-kaca.

Casmuah tak menyangka kepergian Endriyanti ke kebun menjadi petaka bagi adiknya.

"Setelah kejadian itu saya ke rumah sakit karena kondisi adik saya kritis," ujarnya.

Casmuah pun tak bisa membendung air matanya, ketika bercerita melihat kondisi adiknya di rumah sakit.

"Saya melihat dada adik saya ditekan-tekan, dari mulut adik saya juga dipasangi selang.

Saya panik dan tidak bisa apa-apa. Saya sempat marah pada perawat karena menekan-nekan dada adik saya," jelasnya.

Wanita 70 tahun itu mangaku semakin bingung, saat elektrokardiogram (EkG) atau alat pendeteksi detak jantung berbunyi kencang.

"Alat itu berdenging kencang, garis yang terbaca juga lurus. Ketika perawat berhenti menekan dada Endriyanti, saya hanya bisa pasrah," imbuhnya.

Ditambahkannya, ia hanya berdoa agar Endriyanti diberi keselamatan.

"Namun apa boleh buat, adik saya akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya dihadapan saya. Kami sekeluarga ikhlas, semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah," tambahnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved