Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Nelayan Pulau Selayar Temukan Ikan Oarfish Pertanda Gempa Tsunami, Ilmuwan Bantah Mitos dari Jepang

nelayan Pulau Selayar Pamatata menemukan ikan Oarfish atau yang lebih dipercaya sebagai ikan pertanda tsunami, Minggu (8/12/2019) pukul 12 siang. oarf

Penulis: Puspita Dewi | Editor: abduh imanulhaq
Facebook/ Irma Yanti Irma
Oarfish ditemukan di Pulau Selayar, Minggu (8/12/2019) sekitar pukul 12 siang. Oleh masyarakat Jepang, oarfish dipercaya sebagai ikan pertanda tsunami dan gempa bumi 

TRIBUNJATENG.COM- Baru-baru ini beredar kabar nelayan Pulau Selayar Pamatata menemukan ikan Oarfish atau yang lebih dipercaya sebagai ikan pertanda tsunami, Minggu (8/12/2019) pukul 12 siang.

Informasi tersebut diunggah oleh akun Facebook Irma Yanti Irma, dan dibenarkan oleh Najwa Latifah, seseorang yang mengaku sebagai saudara nelayan tersebut.

"Maaf ya kemarin saya sempat bilang hasil pancing, ternyata itu tidak benar ikan ini merapat ke perahu kata adek saya terus ditangkap ramai-ramai sama temannya," tulis Irma Yanti Irma dalam laman Facebooknya, Minggu (8/12/2019).

Kemudian Najwa Latifah membenarkan informasi tersebut.

"Maaf yah bantu jawab, saya dari keluarga yang mendapat ikan tersebut, jadi ikan ini benar didapat, bukan dipancing, waktu terjadinya jam 12 siang tanggal 8.

Ditemukan di Pulau Selayar Pamatata bagian Timur, terimakasih," balas Najwa Latifah.

Oleh masyarakat Jepang, ikan oarfish sendiri diyakini sebagai ikan pertanda gempa bumi dan tsunami.

Ikan ini biasanya hidup antara 200 hingga 1.000 meter di bawah permukaan Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.

Ikan pertanda gempa dan tsunami tersebut sangat jarang ditemukan di permukaan jika habitat mereka baik-baik saja,

Oarfish akan muncul ke permukaan sebelum terjadi gempa di bawah laut.

Dalam cerita rakyat Jepang, oarfish dipercayai sebagai Utusan dari Istana Laut Dewa.

Biasa muncul di perairan dan di pantai-pantai Jepang. Penampakannya itu menandakan gempa bumi.

Sebelum gempa bumi dan tsunami Fukushima Jepang yang terjadi pada 2011 dan menewaskan lebih dari 20.000 orang, banyak yang menunjuk kemunculan oarfish dari tahun 2009-2010 sebagai pertanda.

Tetapi Profesor Shigeo Aramaki, seismolog di Universitas Tokyo, menepis kekhawatiran pengguna media sosial tentang ikan pertanda gempa tersebut.

Menurut ilmuwan, oarfish lebih peka terhadap perubahan kimia yang terjadi di perairan samudera saat terjadi gempa, bukan sebelum gempa terjadi.

Shigeo Aramaki berkata, “Saya bukan spesialis ikan, tetapi tidak ada literatur akademis yang telah membuktikan hubungan ilmiah gampa bumi dan tsunami dengan perilaku hewan dan aktivitas seismik."

"Saya sama sekali tidak melihat alasan untuk khawatir.

Saya juga belum melihat laporan terbaru tentang peningkatan aktivitas seismik di negara ini dalam beberapa pekan terakhir."

Perlu diketahui pada 8 Agustus 2017, satu hari sebelum gempa berskala 6,6 melanda Luzon di Filipina, dua ekor oarfish terdampar di sebuah pantai di salah satu pulau Filipina.

Masing-masing memiliki panjang 12 kaki dan 14 kaki.

Laporan mengatakan bahwa kondisi mereka cukup baik.

Salah satu oarfish yang lebih besar adalah betina.

Menurut para ahli ketika itu, sulit menemukan hubungan antara terdamparnya kedua ikan dengan gempa yang terjadi sehari sesudahnya.

Pasalnya, dua oarfish tersebut terdampar lebih dari 800 mil dari lokasi gempa terjadi.

Oarfish diperkirakan sering berada di kedalaman sekitar 3.300 kaki.

Oleh karena itu, ketika dua oarfish tersebut terdampar, para peneliti dan ilmuwan berusaha untuk mencari tahu penyebabnya.

Oarfish, ikan pertanda gempa bumi dna tsunami
Oarfish, ikan pertanda gempa bumi dna tsunami (www.express.co.uk)

Oarfish merupakan ikan laut dalam yang lebih dekat dengan gangguan aktif.

Dengan kondisi tersebut, para ilmuwan berhipotesis bahwa oarfish lebih peka terhadap perubahan kimia yang terjadi di perairan samudera saat terjadi gempa.

Di sisi lain, tak sedikit yang berpandangan sama dengan Profesor Shigeo Aramaki.

Beberapa ahli menganggap oarfish kemungkinan tidak tinggal cukup dekat dengan garis patahan sehingga oarfish tidak merasakan tanda-tanda tersebut.

Namun, benang merah itu tentu bukanlah kebetulan semata.

"Ada lebih banyak gempa bumi dan tidak ada oarfish yang muncul setiap saat," ujar Prosanta Chakrabarty, ahli kejiwaan dari Louisiana State University.

"Mereka datang saat tidak ada gempa, jadi mengapa menghubungkan keduanya?" tambah Chakrabarty.

Bagaimanapun, oarfish yang dekat dengan permukaan laut dan terdampar di daratan cenderung hampir sekarat.

Ilmuwan masih perlu mempelajari lebih lanjut tentang oarfish dan apa yang memicu kematian mereka.

Mereka masih dianggap sebagai inspirasi bagi banyak cerita "ular laut" yang melegenda.

Oarfish adalah ikan lampriform pelagis besar, dengan ukuran yang panjang.

Oarfish telah diamati berenang dalam orientasi vertikal, dengan sumbu panjang tegak lurus terhadap permukaan laut.

(tribunjateng.com/jen)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved