Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kisah Indri Suwarti Anak Seorang Kuli Angkut Truk Pasir Jadi Wisudawan Terbaik Unsoed Purwokerto

Keterbatasan biaya tidak menjadi penghalang dalam meraih pendidikan setinggi-tingginya.

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muh radlis
TRIBUN JATENG/PERMATA PUTRA SEJATI
Indri Suwarti mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, sesaat setelah wisuda, Selasa (10/12/2019). 

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Keterbatasan biaya tidak menjadi penghalang dalam meraih pendidikan setinggi-tingginya.

Meskipun sempat ragu melanjutkan ke perguruan tinggi, Indri Suwarti (22) bertekad kuliah demi membanggakan kedua orangtuanya.

Gadis kelahiran Banyumas 15 Juli 1997 asal Desa Pejogol, RT 07 RW 01, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Ia mulai masuk kuliah sejak 2015, dan berhasil menyelesaikan masa studi S1 tepat 4 tahun pada 2019 ini.

Indri adalah siswa lulusan SMK 3 Purwokerto jurusan perhotelan.

Awalnya kedua orangtuanya tidak pernah membayangkan anaknya tersebut melanjutkan hingga ke jenjang sarjana.

3 Rumah Warga Rusak Berat Ditimpa Pohon Tumbang di Purbalingga

Mundjirin Ingatkan Perangkat Desa Berhati-hati dalam Bertindak Agar Tak Viral

Sejak SD hingga SMK, Indri memang dikenal sebagai siswa yang berprestasi dan selalu mendapat  rangking 1 di kelasnya.

Oleh karena itu, gurunya di SMK menyangkan jika Indri kala itu tidak melanjutkan kuliah.

Berkat dorongan dari guru, ia mengikuti program bidik misi lewat jalur SBMPTN.

Bukan hanya dorongan dari guru, Indri senang melihat kakak-kakak kelasnya yang sudah kuliah.

"Dalam keluarga saya tidak ada yang sekolah sampai perguruan tinggi.

Oleh karena itu saya bertekad untuk menjadi anak yang bisa sampai kuliah dan sarjana di keluarga saya," ujarnya kepada Tribunjateng.com, saat ditemui di Aula Graha Widyatama Unsoed, Selasa (10/12/2019).  

Sedari kecil Indri ingin menjadi guru, tidak heran pada saat mendaftar pilihan pertamanya adalah pendidikan bahasa Indonesia Unsoed.

Selama kuliah dia mendapatkan biaya bantuan Bidik Misi.

Uang bidik misi yang dia dapatkan adalah sekira Rp 600 ribu setiap bulan yang dipergunakan untuk fotocopy, beli buku, keperluan hidup lain, uang transport, dan lain-lain.

Boleh dibilang nominal tersebut tidak cukup, mengingat terkadang ada kebutuhan lain.

Dibalik kemandiriannya tersebut, ternyata Indri adalah anak seorang pekerja kuli truk pengangkut pasir.

Indri adalah anak dari Natun, seorang Buruh (kuli truk) pengangkut pasir.

Sedangkan Sutarni ibunya hanya seorang Ibu rumah tangga biasa. Indri memiliki adik kandung yang saat ini masih duduk di kelas 3 SMP.

Ayahnya adalah pekerja serabutan dan tergantung panggilan.

Penghasilannya saja sehari hanya Rp 60 ribu, Bahkan jika truk pengangkut pasir itu rusak ayahnya kadang tidak bekerja.

Apalagi jika banjir dan sungai meluap jelas tidak berangkat karena berbahaya.

Jika sedang tidak mengangkut pasir, bapaknya sering bekerja dengan mengumpulkan kelapa.

Sebagai cara menambah penghasilan, Indri tidak hanya mengandalkan uang bidik misi saja. 

Ternyata ia juga bekerja paruh waktu di salah satu hotel di Purwokerto sebagai house keeping dan waiters.

Bahkan pekerjaan itu dilakoninya sejak lulus SMK yang saat itu masih dibayar Rp 40 ribu sehari dan sekarang menjadi Rp 75 perhari dengan waktu kerja 8 jam sampai 10 jam.

Dia biasanya bekerja setiap Sabtu dan Minggu.

Saat kuliah Indri harus merawat ibunya yang sakit epilepsi dan dirawat 2 minggu di rumah sakit.

Hingga saat ini rutin mengantar ibunya untuk kontrol di Margono tiap bulan.

Meskipun dihadapkan dengan kondisi demikian, dia tetap lanjut kuliah dan tegar.

Hal itu karena melihat susahnya orangtua sehingga lebih semangat dan tidak mau mengecewakan mereka.

Prestasinya mendapat gelar cumlaude ditengah tanggungjawabnya kuliah, bekerja, dan membantu orangtua, membuat penasaran bagaimana pola belajarnya.

"Saya selalu belajar pada malam hari sekitar pukul 19.00 WIB hingga 22.00 WIB. Saya jarang sekali nongkrong dan main," katanya. 

Selepas lulus S1 ini Indri, ingin sekali melanjutkan kuliah S2 dan harapannya bisa menjadi dosen.

Tetapi untuk saat-saat ini dia akan mencari pekerjaan terlebih dahulu.

"Sekarang nunggu panggilan seleksi dibeberapa sekolah menjadi guru. Pengen menyekolahkan adiknya, karena akan memasuki sekolah," ungkapnya.

Perlu diketahui bahwa Indri adalah salah satu dari sejumlah 835 wisudawan yang mengikuti wisuda periode Desember 2019 ini.

Wisuda periode ini terdiri 2 Doktor, 30 Magister, 24 profesi, 762 sarjana, dan 17 ahli madya dengan 161 wisudawan dinyatakan lulus dengan Pujian atau Cumlaude.

Hingga prosesi wisuda ini, Unsoed telah mewisuda sekitar 97.746. (Tribunjateng/jti)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved