Oknum Polisi Kudus Diduga Aniaya Penyandang Tunagrahita
Seorang oknum anggota Polsek Gebog, Kudus, diduga melakukan penganiayaan terhadap seorang lelaki penyandang tunagrahita.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Seorang oknum anggota Polsek Gebog, Kudus, diduga melakukan penganiayaan terhadap seorang lelaki penyandang tunagrahita. Atas kejadian itu, korban mengalami lebam di bagian hidung.
"Dari pihak (Polsek Gebog) sudah minta maaf. Dan keluarga sudah menerima, memaafkan," kata kakak korban, Yusuf, saat ditemui di kediamannya di RT 5 RW 3 Desa Gondosari, Kecamatan Gebog, Kudus, Jumat (13/12/2019).
Diketahui, ujar Yusuf, adiknya yang bernama Rido (38) merupakan penyandang tunagrahita sejak lahir. Saat ini, dialah yang bertanggung jawab merawatnya.
Kata Yusuf, Rido memiliki kebiasaan meminta atau mengambil kopi saat ada yang tengah menikmatinya. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi dugaan kejadian penganiayaan yang menimpa Rido.
Tempo hari, seorang anggota Polsek yang tengah bertugas jaga di salah satu bank yang ada di Gebog sedang menikmati kopi. Rido yang ada di situ kemudian mengambil kopi tersebut sehingga terjadi dugaan tindakan penganiayaan.
"Adik saya itu kan, namanya orang kekurangan mental ya, minta kopi. Minta kopi itu kalau emang ada tamu apapun kopinya diminta. Kalau tidak boleh tangannya begini. Mungkin dari pihak yang bersangkutan belum paham dengan keadaan adik saya," tutur Yusuf.
Akibat dugaan penganiayaan, kata Yusuf, Rido sempat dibawa ke rumah sakit untuk menjalani rontgen. Katanya, sang adik hanya mengalami lebam di bagian hidung.
"Visum hasilnya pun dari pihak dokter tidak berat. Saat ini sudah biasa. Alhamdulillah sekarang sudah enakan. Hanya mengalami lebam, bengkak di hidung sini," jelasnya.
Sementara, Wakapolsek Gebog, Iptu Imam Soekirno mengatakan, saat ini pihak keluarga telah menerima kejadian yang menimpa korban.
"Dan kami saling memaafkan, gitu saja," kata Imam.
Imam mengatakan, saat kejadian memang Rido hendak mengambil kopi milik anggotanya. Saat itu, kopi masih dalam keadaan panas.
Anggotanya yang tengah duduk di kursi tanpa penyangga punggung refleks kemudian tangannya mengenai hidung korban.
"Pas mau diambil masih panas (kopinya,red), tujuannya untuk direda karena anggota saya di belakang kursinya tidak ada penahannya, jadi mau kebalik ke belakang tujuannya mau ambil pegangan malah kena korban," kata Imam.