Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Harga Rokok Naik, Saatnya Beralihkah ke Tingwe? Rasakan Sensasi Ngerokok Ngelinting Dhewe

Sekelompok remaja terihat duduk santai di balkon rumah sambil main gadget, Sabtu (28/12). Beberapa dari mereka ada yang sedang meracik tembakau

DAILY MAIL
Ilustrasi merokok 

Tribun Jateng menanyai beberapa orang yang rutin beli rokok untuk tanggapi terkait rencana kenaikan cukai tersebut. Jika harga rokok tertentu sebungkus Rp 25.000 maka diperkirakan akan naik menjadi Rp 33.750 per bungkus.

"Kalau saya tetap merokok meski harga naik Mas. Dan saya yakin pemerintah tidak akan menaikkan harga rokok sebanyak itu. Biasanya harga rokok naik tak lebih dari Rp 5.000 dalam setahun. Kan jadi aneh jika tiba-tiba harga rokok naik 35 persen," kata Sutadi perokok aktif.

Berbeda lagi tanggapan disampaikan oleh pengemudi transportasi online. Setelah memarkir mobilnya di bawah pohon mangga dekat mesjid, Ridwan lantas duduk santai nyalakan cerutunya. Dia bilang, tetap akan merokok meski harga naik. Tapi dia janji akan mengurangi, dari semula sebungkus isi 16 batang untuk sehari, akan lebih irit, harus cukup untuk dua hari.

"Nggak bisa langsung berhenti. Yang bisa ya dikurangi. Sebungkus buat dua hari," kata Ridwan.

Pemerintah menaikkan cukai rokok, bertujuan untuk pengendalian dan pembatasan konsumsi. Dengan naiknya cukai rokok akan berdampak pada kesehatan dan tingkat keinginan untuk merokok semakin rendah. Yang tak kalah penting adalah supaya rokok tidak terjangkau anak-anak yang belum dewasa. Serta supaya masyarakat makin sehat.
Adanya rencana pemerintah menaikkan cukai tembakau mempengaruhi kehidupan petani tembakau di Temang

gung. Panen raya tahun 2019 bisa dinikmati oleh petani karena harga bagus. Namun setelah masa panen lewat, justru pembelian tembakau dikurangi kuotanya. Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) DPD Jawa Tengah, Wisnu Brata, mengungkapkan pembelian tembakau dari petani langsung dikurangi kuotanya oleh perusahaan. Tentu hal itu bikin kecewa petani tembakau yang ada.

"Padahal tahun ini harganya sedang bagus sekali, karena cuaca juga mendukung. Tapi kok September lalu dari kabar yang saya terima, pemerintah melakukan rapat terbatas membahas kenaikan cukai rokok. Ini sangat mengecewakan kami," paparnya.

Ia melanjutkan, terlebih kenaikan cukai dinilai cukup tinggi, yakni 23%. Sedangkan Harga Jual Eceran (HJE) di Januari 2020 akan dinaikkan menjadi 35%. Hal tersebut akan mengurangi penyerapan tembakau ke dalam industri.

"Belum naik saja sudah sangat terasa, apalagi tahun depan kalau sudah naik. Pasar rokok itu berkaitan dengan harga psikologis. Karena bergantung pada pendapatan masyarakat.

Menurut survei yang dilakukan empat tahun lalu, harga psikologis rokok masih Rp 17 ribu. Tapi kalau naiknya tinggi, konsumen akan cari alternatif lain," beber Wisnu.

Alternatif yang dimaksud Wisnu, yakni konsumen akan cenderung mencari rokok ilegal atau tanpa cukai. Tentu hal ini juga akan merugikan pemerintah. Kemudian konsumen juga akan mengkonsumsi rokok legal yang harganya murah.

"Rokok legal murah nanti pasti akan banyak dicari. Kalaupun tidak, konsumen akan memilih berhenti merokok. Maka ini akan berdampak pada penurunan market dan dikuranginya pasokan bahan baku," tegasnya.

Menurut Wisnu, salah satu cara paling efektif untuk memangkas biaya produksi industri rokok yakni dengan mengimpor tembakau dari luar negeri. Hal itu justru menjadi momok yang paling mengerikan, dibandingkan dengan kenaikan cukai rokok.

"Impor itu lebih berbahaya dibandingkan naiknya cukai rokok. Walaupun sama-sama berdampak negatif. Tapi impor paling parah. Pertama kali masuknya impor tembakau dilakukan pada tahun 2003 sebesar 28 ribu ton, kemudian tahun 2010 sebanyak 96 ribu ton, dan terus naik pada tahun 2012 menjadi 150 ribu ton," tutur dia.

Ia menganalisis, angka produksi tembakau nasional per tahun sebesar 175 hingga 220 ribu ton. Maka bisa diambil kesimpulan jika impor tembakau saat ini sudah mencapai 60% lebih.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved