Kisah Ahmad Mahasiswa Indonesia Asal Semarang Pulang dari Wuhan China : Istri Masih Terjebak
narasi di dalam medsos tentang virus corona, mendapat tanggapan dari mahasiswa Indonesia asal Semarang yang kuliah di Central China Normal University
TRIBUNJATENG.COM, KLATEN - Informasi-informasi yang menyeramkan yang digambarkan dalam video dan narasi-narasi di dalam medsos tentang virus corona, mendapat tanggapan dari mahasiswa Indonesia asal Semarang yang kuliah di Central China Normal University di Kota Wuhan, Ahmad Syaifudin.
Beberapa hari ini banyak tersebar video dan broadcast via media sosial (medsos) tentang kondisi Kota Wuhan China yang digambarkan menyeramkan dan mencemaskan.
Ya, karena mewabahnya virus corona yang sudah menewaskan 106 warga sehingga kawasan Wuhan diisolasi oleh otoritas setempat.
• Hoaks Viral di Medsos Video Pria Sengaja Batuk Tularkan Virus Corona di Pertokoan, Ini Faktanya
• Ahmad Dhani Sebut Jokowi Sangat Diuntungkan Dengan Prabowo yang Masuk Pemerintahan
• Kisah Wiwin Pembantu Asal Kebumen Nekat Curi Perhiasan Majikan Senilai Rp 250 Juta di Salatiga
• 3 Pemuda Cilacap Mabuk dan Bikin Onar di Jalan Hasanuddin Semarang, Pukul Kaca Mobil yang Melintas
Tidak hanya warga setempat yang terisolasi, tetapi termasuk 93 warga negera Indonesia (WNI) di sana.
Menurut Ahmad, memang ada sekitar 93 WNI yang terjebak di kota Wuhan.
Kendati demikian, dia menyarankan bagi masyarakat Indonesia yang memiliki anggota keluarga di China untuk tidak khawatir.
Dia menilai masyarakat di Wuhan percaya dengan otoritas setempat, sehingga tidak begitu heboh seperti di Indonesia.
Dari pantauannya, banyak video hoax yang tersebar di media sosial, seperti video orang yang terkena penyakit epilepsi yang tiba-tiba jatuh dan kejang.
Bahkan video beberapa tahun lalu saat wabah virus Sars menyerang negeri tirai bambu, menurutnya diunggah kembali dengan embel-embel virus corona.
"Otoritas setempat memperlakukan kami dengan baik, tidak hanya kepada warga negara Indonesia saja, tapi juga WNA lainnya," ungkapnya kepada TribunSolo.com saat ditemui di rumah mertuanya di Desa Malangan, Kecamatan Tulung, Klaten, Selasa (28/1/2020).
"Kami selalu dipantau kondisi kesehatan kami," aku dia menegaskan.
"Kami juga disuruh melaporkan kondisi kesehatan kita setiap hari, seperti suhu tubuh dan sebagainya," katanya saat
Mahasiswa S3 jurusan Hubungan Internasional (HI) ini mengatakan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk China juga telah bekerja dengan baik.
"KBRI kita sudah berkerja dengan baik, dengan membentuk tim khusus terkait pemantauan WNI kita di Kota Wuhan," ppaarnya.
"Saat ini KBRI telah mengirimkan bantuan logistik, itu info terbaru yang saya dapat," jelasnya.
Dia memastikan belum ada WNI di China yang terserang virus Corona, sehingga pihak keluarga yang ada di Indonesia disarankan untuk tidak perlu panik.
"Jangan panik, dan tetap memberikan dukungan keluarga yang ada disana, karena kami percaya dengan ototritas disana," imbaunya.
Dia dan teman-temannya sangat percaya dengan otoritas setempat, KBRI, dan teknologi kesehatan yang di miliki China.
"Sepertinya belum ada obatnya jika terkena virus itu, sehingga jika terkena masih dikarantina di rumah sakit."
"Tapi dari pernyataan teman-teman saya kuliah di Kedokteran di sana, China memiliki perlengkapan medisnya sangat canggih," terangnya.
Beruntung dia pulang ke Indonesia pada 9 Januari 2020 kemarin.
Saat ini dia masih memantau perkembangan di Kota Wuhan dari pemberitaan media massa, chat grup, dan komunikasi dengan istrinya Hilyatu Millati Rusydiyah (33) yang masih terjebak di sana.
"Saat ini kita selalu berdoa, selalu mendoakan dan saling mendukung satu dengan yang lain," pungkasnya.
Ditangani dengan Baik
Sejumlah kampus di Cina saat ini sedang memasuki libur musim dingin, termasuk Central China Normal University di Kota Wuhan.
Seorang mahasiswa S3 jurusan Hubungan Internasional (HI) asal Indonesia, Ahmad Syaifudin Zuhri (35), memutuskan pulang ke Indonesia bersama putrinya.
"Saya pulang bersama anak saya tanggal 9 Januari kemarin," katanya saat ditemui di rumah mertuanya di Desa Malangan, Kecamatan Tulung, Klaten, Selasa (28/1/2020).
Namun mewabahnya virus Corona di negeri tirai bambu itu, membuat otoritas setempat mengisolir kota Wuhan.
Kota Wuhan diisolir otoritas setempat untuk mencegah penyebaran virus Corona.
"Virus corona sudah menyebar di berbagai kota di China, tapi tidak sebanyak di Wuhan," imbuhnya.
Hal ini berdampak pada aktivitas kampusnya, yang mana otoritas setempat juga meliburkan Central China Normal University hingga waktu yang belum ditentukan.
"Harusnya pertengahan Februari 2020 kegiatan kampus sudah kembali."
"Namun semua kampus memberitahu jika kita belum diberkenan kembali kesana samapi situasi kondusif, jadi liburnya diperpanjang sampai batas waktu belum ditentukan," jelasnya.
Saat ini dia masih menunggu kabar terkini dari KBRI untuk China, dan teman-temannya yang masih ada disana.
Dia juga cukup khawatir karena istrinya masih terjebak di Wuhan yang saat ini diisolir.
"Istri saya di sana kuliah S3 juga di School of Economic and Business Administration Chongqing University, ambil jurusan Ekonomi."
"Istri saya tidak pulang karena masih menyelesaikan urusan di kampus," terangnya.
Dia memastikan, kondisi WNI di kota Wuhan saat ini dalam keadaan yang sehat, dan baik-baik saja.
Hanya saja, mereka mengurangi aktivitas di luar ruangan. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Kesaksian Mahasiswa Solo yang Kuliah di Wuhan China : Ternyata Banyak Video soal Wuhan yang Hoax
• 5 Bulan Menikah, Cut Meyriska Sebut Roger Danuarta Sering Menghalanginya Cari Pahala
• Gara-gara Sang Ayah, Fandi Eko Eks Persebaya Akhirnya Menerima Pinangan PSIS Semarang
• Sedang Berlangsung Streaming INews TV Proliga 2020 Putri di Purwokerto, Gresik Petrokimia Vs JPE
• Pelatih PSIS Semarang Dragan Djukanovic Yakin Trio Brasil Datang Malam Ini, Ada Nama Flavio Beck