Human Interest Story
Kisah Sang Seniman Wayang Beber Asal Sragen, Karyanya Sudah Dipajang di Museum Kertas Jepang
Karya yang mendapat penghargaan dari MURI sebagai lukisan wayang beber terpanjang kategori seni rupa ini diselesaikan selama kurang lebih 8 tahun.
Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN - Kecintaannya terhadap seni wayang sejak dini membuat Pujianto Kasidi (62) menjadi seorang seniman pembuat wayang.
Bukan wayang yang terbuat dari kulit dan ukiran melainkan berupa lembaran kain.
Wayang beber namanya.
• Tragedi Tewasnya Sopir Grab Kudus, Sempat Berpapasan dengan Istri di Malam Terakhir
• Ammar Zoni Sewot Soal Nama Kontaknya di HP Istri, Irish Bella: Salah Sendiri Nikahin Orang Belgia!
• Presiden Jokowi Ancam Copot Kapolda Hingga Pangdam TNI Jika Tak Mampu Tangani Ini
• Begini Reaksi Agustianne Marbun Pergoki Hotman Paris Pulang Subuh Setelah Kencan dengan Artis
Seni lukis dengan kain sebagai medianya di mana dalam lukisan tersebut menceritakan tokoh wayang baik Mahabarata maupun Ramayana yang digambar secara melebar.
Terlahir dari keluarga sangat sederhana, Pujianto akhirnya hanya belajar hingga bangku Sekolah Dasar (SD) pada 1970.
Setelah lulus dirinya membantu kakak ipar yang juga seorang pembuat wayang.
Tidak puas, Pujianto mencoba keberuntungannya ke Ibu Kota Indonesia, Jakarta pada 1977, di sana dia juga tak jauh-jauh dari wayang.
Pujianto bertemu banyak seniman wayang yang juga mengajarinya lebih dalam lagi tentang wayang.
Selama proses memperdalam keilmuan di bidang wayang dan lukis itulah ia diajak bergabung menjadi tim peneliti tentang wayang beber di Dukuh Karangtalun Desa kedompol Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan pada 1990.
Pada proses penelitian itulah dirinya pertama kali membuat wayang beber, selama satu tahun belajar dirinya bisa membuat wayang.
Ia akhirnya bisa mengikuti pameran wayang beber di Institut Jakarta pada 1991.
Pada 1992 ini dirinya mulai mengembangkan secara lebih serius seni wayang beber, dia bereksperimen baik media lukis maupun ukuran wayang beber.
Kiprahnya menjadi seorang pelukis wayang beber membuatnya mendapatkan pengakuan secara regional maupun nasional.
Berbagai kunjungan mulai dari penelitian, kunjungan kementerian, dinas, berbagai pejabat mulai dirasakannya.
Para pejabat, kolektor yang telah mengoleksi lukisan wayang beber karyanya.
Sementara di kalangan pejabat daerah maupun nasional mulai dari bupati gubernur hingga menteri juga mengoleksi karyanya.
"Dari pemerintah, swasta, perhotelan dan souvenir."
"Karya saya juga telah dipajang di museum kertas di Jepang hasil kolaborasi dengan ahli kertas Jepang isamu Sakamoto," kata Pujianto dengan bangga.
Berbagai ukuran wayangpun pernah ia buat mulai dari panjang 24 meter, 33 meter, 49, 5 meter.
Dia juga pernah menyelesaikan wayang beber terpanjang di dunia pada 2002 60×1 meter.
Karya yang mendapat penghargaan dari MURI sebagai lukisan wayang beber terpanjang kategori seni rupa ini diselesaikan selama kurang lebih 8 tahun.
Wayang bebernya itu juga telah secara maraton mengikuti roadshow pameran kebudayaan di antaranya pameran yang diselenggarakan atas kerjasama Museum Dekorasi Dan Kerajinan Rakyat, Museum Kesenian Timur Teater Academy Boneka S. V Obrastov dan KBRI Moskow dan masih banyak lagi.
"Sebenarnya yang penting belajar, saya belajar, belajar belajar ditekuni dengan antusias, akhirnya menjadi profesi karir dan pengabdiannya pada kebudayaan hingga kini," kata dia.
"Motivasi saya sebenarnya hanya karena wayang ini merupakan salah satu peninggalan nenek moyang yang hampir punah dan saya merasa harus melestarikan, dan sekarang kita juga harus melestarikan," lanjut dia.
Pujianto juga telah berusaha menularkan seninya ke generasi penerus, dia juga memiliki sanggar dimana ia mengajarkan seni melukis wayang kepada anak-anak hingga pemuda di desanya.
"Saya juga terus berupaya semaksimal mungkin, anak-anak dari ISI Solo belajar juga ke sini saya ajari, warga di sekitar sini datang saya ajari," kata dia.
Meski jiwa seni ia dapatkan dari ayahnya, jiwa seni Pujianto ternyata tidak menurun di kedua anak laki-lakinya.
Anak pertamanya merupakan lulusan arsitek dan anak keduanya lulusan perhotelan.
Dikediamannya yang terletak di Dukuh Gabugan RT 13 Desa Gabugan Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah ia masih begitu semangat melukis.
Terdapat ratusan koleksi lukis wayang beber ia simpan dengan beberapa yang ia pasang.
Pujianto menjual wayang bebernya dengan berbagai ukuran.
Harganya juga bervariatif tergantung kerumitan wayang, mulai dari Rp 500 ribu untuk ukuran 30 cm hingga Rp 15 juta dengan ukuran 2,5 meter. (Mahfira Putri Maulani)
• Pengakuan Mantan Kombatan ISIS Ingin Pulang dan Tobat: Aku Pengin Pulang ke Tanah Air dan Tobat
• Ini Alasan Nengmas Antarkan Suami Poligami hingga Siapkan Mas Kawin dan Kebutuhan Akad Nikah
• Mengerikan Bentuk Penjara WNI Eks ISIS, Ngaku Menyesal Bawa Keluarga ke Suriah
• Ditonton Jutaan Kali di Youtube, Ini Alasan Vincent Rompies Akhirnya Mau Diwawancara Soleh Solihun