Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kuliner

Sukses Buka 2 Cabang di Cilacap, Ini Rahasia Dwi Kelola Ayam Bakar Babeh

Keramaian sudah tampak di meja pemesanan. Pelanggan yang datang mesti antre ketika hendak memesan.

Penulis: Muhammad Yunan Setiawan | Editor: muh radlis
TRIBUN BANYUMAS/YUNAN SETIAWAN
Dwi Yulianto saat menceritakan proses pembakaran ayam kepada Tribun Banyumas. (TRIBUNBANYUMAS/YUNANSETIAWAN). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, CILACAP - Keramaian sudah tampak di meja pemesanan.

Pelanggan yang datang mesti antre ketika hendak memesan.

Di sisi lain, bapak-bapak berjaket hijau dari perusahaan ojek onlen terus berdatangan.

Tika Bravani Pemeran Denok di Tukang Ojek Pengkolan Hilang Peran, Emak Mae Sampai Mengunjunginya

78 Tahun Bakrie Group Berdiri, Mertua Nia Ramadhani Pernah Bangkrut: Saya Lebih Miskin dari Pengemis

Hasil Survei 100 Hari Kabinet Jokowi-Maruf: Inilah Menteri Yang Paling Disukai dan Paling Dikenal

Mas Dani Kamu Jahat! Teriak Ayu dalam Konser Didi Kempot di Semarang

Pencatat pesanan makanan pun tak pernah menganggur.

Itu pemandangan sekilas yang terlihat di Rumah Makan Ayam Bakar Babeh.

Rumah makan yang terletak di Jalan Dr Sutomo, persis di depan SMP N 4 Cilacap itu, tidak pernah sepi pengunjung.

Pecinta kuliner di Cilacap tentu tidak asing dengan rumah makan ini.

Pertama kali buka pada Sabtu, (16/4/2010), Ayam Bakar Babeh kini sudah memiliki dua cabang di Cilacap.

Dua-duanya juga laris diserbu pengunjung.

Tribun Banyumas berkesempatan mencicipi kelezatan ayam bakar tersebut.

Dan betul, rasanya ayam bakarnya lebit, bumbunya merasap, dan ada tambahan takacang.

Ditambah lagi, makanan senikmat itu dijual dengan harga yang terjangkau.

Satu porsi paha ayam bakar dan nasi dijual dengan harga Rp10.500.

Diana, seorang pelanggan yang sering makan di rumah makan tersebut mengatakan, sudah cocok dengan rasa dan harganya.

Dia sering menjadikan tempat makan tersebut sebagai pilihan favorit tempat makan. Baik sendiran maupun bersama keluarga atau teman-teman.

”Pelayanannya cepat, pelayannya juga kerjanya cepet,” katanya.

Menanggapi pernyataan dari seorang pelanggan yang menilai bagus pelayanan di rumah makannya, Dwi Yulianto (31), pemilik Rumah Makan Ayam Bakar Babeh, merasa biasa saja.

Dia mengatakan, memang sudah menjadikan kewajiban pelanggan mendapat pelayanan yang maksimal.

”Saya belajar tentang pelayanan restoran waktu di sekolah dulu,” kata laki-laki yang menimba ilmu restoran di SMK N 3 Purwokerto tersebut.

Bekal ilmu dari sekolah tersebut, dia gunakan dalam menjalankan bisnis kuliner tersebut.

Termasuk dalam hal persiapan, penyajian, dan pelayanan. Bahkan, dalam hak kecil pun Dwi perhatikan.

”Saya imbau karyawan yang kerja di sini memakai peci atau penutup kepala yang lain seperti topi dan yang lain,” ceritanya. Aturan itu tidak sekadar agar karyawan terlihat modis.

Namun, untuk mengantisipasi rontokan rambut jatuh di makanan pesanan pelanggan.

Minta Kritk dan Saran dari Pelanggan

Dwi menceritakan kunci sukses menjalankan rumah makannya dengan cara mendengarkan keluhan pelanggan dan meminta kritik atas kekurangan yang ada di Ayam Bakar Babeh.

Itu mengapa di samping meja makan, terdapat kertas yang bertuliskan ”kritk dan saran”.

”Dulu waktu awal buka, saya sering meminta langsung kritik dan saran dari pelanggan,” kenang Dwi. Dari pola komunikasi seperti itu.

Dwi bisa langsung mengetahui kekurangan bumbu makanannya dan cara pelayananannya.

Tentu yang paling penting, saran dari pelanggan tentang bumbu makanan.

Dwi mempertimbangkan betul saran bumbu dari pelanggan, lalu dia olah sendiri.

Juga, dibantu oleh saudaranya yang pandai memasak ayam bakar.

”Jujur ya, bukan bermaksud sombong, sejak awal buka, rumah makan ini sudah ramai,” kata bapak beranak satu ini.

Dwi mengenang sejak pertama kali buka bisnis ayam bakar, 90 porsi ayam bakar langsung habis.

Kendati laris pada hari pertama, Dwi tidak mau langsung puas.

Dia menyuruh pelayan-pelayan menanyakan kepada pelanggan apa kritik dan saran pada Ayam Bakar Babeh.

”Dari situ, kami bisa belajar dan menyiapkan yang terbaik,” ungkapnya.

Dwi mengaku tidak ada bumbu rahasia dalam memasak ayam bakar di rumah makannya.

Bahkan, dia tidak tahu apa perbedaan ayam bakar Babeh dengan di rumah makan lain.

”Cuma kalau ayam bakar di sini, bumbunya saya tambahi kacang biar tambah kental,” katanya.

Kini, Dwi sangat bersyukur ayam bakarnya disukai banyak orang.

Ditambah juga karyawannya tidak banyak yang keluar.

Sebagian karyawan tersebut juga saksi hidup bagaimana Dwi berjuang menjalankan bisnis ayam bakar tersebut.

Perlakukan Karyawan Seperti Keluarga

Sumaryono atau yang diakrab Arya, ingat betul bagaimana hari pertama berjualan ayam bakar Babeh.

Rumah makan Babeh masih berbentuk gubuk.

Bangunannya belum seluas sekarang.

Tapi juga laris saat itu.

”Kami sampai menangis karena sampai capeknya, saking larisnya,” kenangnya.

Arya menambahkan, dia dan teman-teman betah bekerja di sini karena merasa tidak diperlakukan sebagai karyawan.

”Bahkan kadang saya terharu, saya seperti dianggap sebagai keluarganya Mas Dwi,” katanya.

Arya menceritakan, Dwi sering mendatangi rumah-rumah karyawan.

Bahkan, kalau ada karyawan yang ulang tahun, bapak dan ibunya Dwi diajak untuk menyerahkan kue ulang tahun ke karyawan.

Dwi mengungkapkan cara-cara itu sebagai bentuk perhatian dan menambah rasa kekeluargaan kepada anggota keluarga di Ayam Bakar Babeh.

Dwi menolak menyebut orang-orang yang bekerja di rumah makan dengan sebutan ”karyawan.”

”Mereka adalah bagian dari keluagra saya.

Saya bisa nangis kalau cerita mereka,” katanya sembari mengusap air mata.

Mereka sebagian berasal dari keluarga yang tidak punya atau dari keluarga yang rapuh.

Makanya Dwi ingin orang-orang yang bekerja di rumah makan Babeh sejahtera dan bahagia.

Dwi menyediakan mes tempat menginap untuk mereka.

Ingat Tuhan dan Minta Restu Orang Tua

Kini, jumlah karyawan Dwi berjumlah 58 orang.

Mereka dibagi di dua tempat.

Pertama, di Babeh 1.

Kedua, di Babeh 3

”Dua rumah makan, sehari mungkin Rp20 juta,” katanya menceritakan omzet bisnisnya.

Dwi berpesan, ketika hendak berbisnis kulinar, awali dengan mencintai makanan.

Mulai dengan tidak membuang makanan apa pun.

”Jangan lupa Ingat Allah dan minta restu orang tua,” pungkasnya. (yun)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved