Tersesat di Hutan
Akhir Perjalanan Deki Tersesat 5 Hari di Hutan, Cari Sumber Suara Senso untuk Temukan Jalan Pulang
Bahkan jika ada buaya sekalipun tak dihiraukannya. Dengan harapan ia dapat menemui sumber suara orang menyinso kayu tersebut.
TRIBUNJATENG.COM - Bagaimana akhir perjalanan Deki yang tersesat selama 5 hari di perkampungan 'gaib' tengah hutan belantara Sambas?
Perjalanan Deki yang mencari jalan pulang setelah tersesat di hutan belantara kawasan hutan Sungai Bening, Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar) memasuki hari kelima, Minggu (8/2/2020).
Seusai fajar menyinsing, perlahan-lahan sinar matahari pagi telah terbit di atas kepala.
• Kisah Deki Tersesat 5 Hari di Hutan, Temannya Tiba-Tiba Hilang, Bingung Nekat Arungi Sungai Deras
• 5 Hari Tersesat di Hutan, Deki Bertemu Gadis Kecil dan Pria Misterius yang Hilang Didekati
• Siswi SMP Purworejo Dibully, Ganjar: Saya Telepon Kepala Sekolahnya, Besok Disdik Ambil Tindakan
• Viral di Media Sosial Video Siswi SMP di Purworejo Dibully Tiga Siswa, Polisi Bentuk Tim Khusus
Deki melanjutkan perjalanannya di dalam hutan untuk mencari sumber suara mesin chainsaw atau yang dikenal warga setempat dengan mesin senso.
Suara tersebut baru di dengarnya kembali setelah matahari meninggi menjelang siang.
Padahal ia telah berjalan jauh dari tempat awal sehari sebelumnya ia mendengar sumber suara tersebut.
Hingga ia memutuskan berjalan balik ke lokasi awal.
"Lakak ye tadek aku bejalan jam 5.30 subuh, tang sian bunyi sinso, jam 7 tang maseh sian pas aku di luar tok, bejalan agek sampai dah tinggi ari barok bebunyi, makin aku dah bejalan agak jauh jadi mulak ageklah akupokoknye nak magek urang nyinso,”ujarnya.
"Setelah itu saat berjalan lagi jam 5.30 subuh, tapi tidak ada suara sinso, hingga pukul 7 pagi masih tidak ada padahal pas saya lagi di luar, berjalan lagi sampai sudah agak siang baru bersuara lagi, padahal saya sudah berjalan agak jauh sehingga balik lagi untuk mencari suara orang nyinso,”kenangnya.
Ia lantas menyeberangi sungai, meski alirannya deras, ia pun tak perduli.
Bahkan jika ada buaya sekalipun tak dihiraukannya.
Dengan harapan ia dapat menemui sumber suara orang menyinso kayu tersebut.
“Marrang sungai, sian agek pikiran ade jallu ke ape pokoknye marrang suka atinye, yang panting jumpe urang. Sangkakku daan daras aeknye, gasaknye dipepet yang laju-lajunye, pakai sepatu bot lallah aku natangkan ke tapi, beranang datanglah ke sie,”ujarnya
“Menyeberang sungai, tidak ada lagi pikiranku, buaya atau apa, yang penting bisa menyeberang. Kukira airnya tidak deras, namun saat diarungi sangatlah deras, sementara aku menggunakan sepatu bot ke tepi dengan susah payah, berenang akhirnya sampai juga,”kenangnya.
Hingga mendekati suara, ia mengetahui ada sejumlah orang yang melakukan pekerjaan penebangan pohon yang diduganya berasal dari saerah sekitar.