Bully Siswi SMP Purworejo
Kasus Bullying Siswi SMP di Purworejo, Muhammadiyah Akan Libatkan Tim Psikologi
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah melalui Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah bergerak cepat menanggapi kasus bullying siswi SMP di Pu
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUN JATENG.COM, SEMARANG - Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah melalui Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) bergerak cepat menyikapi kasus bullying siswi SMP di Purworejo.
Perundungan ini terjadi di SMP Muhammadiyah Butuh.
Sebuah tim psikologi dari UMP Purworejo akan memberi pendampingan kepada guru dan siswa-siswi di sekolah tersebut.
• FAKTA MENGEJUTKAN! Inilah Pengakuan Siswi Korban Bullying di SMP Purworejo: Bude Awakku Loro Kabeh
• BREAKING NEWS: Tak Diberi Rokok, Dua Remaja Tusuk Sopir Truk di Teluk Penyu Cilacap
• Nikahi Warga Cilacap, Bule Belanda Ini Nafkahi Istri dengan Jualan Kebab di Teluk Penyu
• Ini Reaksi Lucinta Luna Saat Polisi Beberkan Gender Semula Laki-laki Jadi Perempuan
Kebijakan ini disampaikan Ketua Majelis Dikdasmen PWM Jateng, Dr Iwan Junaidi, Kamis (13/2/2020).
Menurutnya, keputusan itu diambil dalam rapat antara Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Purworejo dan Majelis Dikdasmen PWM Jateng.
Ia menegaskan, Muhammadiyah akan meminta tim psikologi dari universitas setempat untuk melakukan pendampingan di sekolah terkait.
"Salah satu hasil rapat tadi, Persyarikatan Muhammadiyah (PDM dan Majelis Dikdasmen) akan meminta pendampingan tim psikologi dari Universitas Muhammadiyah Purworejo," kata Iwan kepada Tribunjateng.com.
Hal itu merupakan langkah menangani kasus yang telah ada dan mengantisipasi kasus serupa terulang
"Adanya tim psikologi agar ada pembimbingan dan konsultasi bagi sekolah dalam membina anak-anak di sekolah," paparnya.
Sebelumnya Kepala SMP Muhammadiyah Butuh Purworejo Ahmad membenarkan adanya kejadian itu.
Peristiwa yang viral ini diakuinya terjadi di luar sepengetahuan pihak sekolah.
Perundungan berlangsung saat jeda pergantian jam sekolah, sekitar pukul 08.30.
Saat itu, posisi para guru sedang berada di kantor.
Ada pula yang masih berada di ruang kelas lain.
Kelas 8, tempat korban dan pelaku belajar saat itu kosong menunggu kedatangan guru di jam pembelajaran berikutnya.