Liga Champions 2020
Jadwal Liga Champion 2020 Pekan Depan Atletico Vs Liverpool, Dortmund Vs PSG dan Hotspurs Vs Leipzig
Jadwal Liga Champion 2020 Pekan Depan Atletico Vs Liverpool, Dortmund Vs PSG dan Hotspurs Vs Leipzig
Penulis: Fachri Sakti Nugroho | Editor: abduh imanulhaq
Jadwal Liga Champion 2020 Atletico Vs Liverpool, Dortmund Vs PSG dan Hotspurs Vs Leipzig
TRIBUNJATENG.COM - Babak 16 besar Liga Champion akan dihelat pekan depan, mulai 19 Februari 2020.
Duel Atletico Madrid vs Liverpool akan menjadi laga pembuka pertandingan babak 16 besar Liga Champion.
Setelah itu dilanjutkan dengan laga antara Dortmund dan PSG.
Sehari setelahnya, giliran Atalanta yang menjamu Valencia.
Juga Tottenham Hotspur yang akan menjajal kemampuan RB Leipzig.
Sepekan selanjutnya, Chelsea akan menjamu Bayern Munich di Stamford Bridge.
Dilanjutkan laga Napoli yang akan bertemu lawan berat, Barcelona.
Di hari terakhir, Lyon akan menjajal peruntungannya bersama Juventus.
Sedangkan Real Madrid akan menjamu tim kuat Inggris, Manchester City.
Berikut jadwal leg pertama babak 16 besar Liga Champions
Rabu, 19 Februari 2020
Atletico Madrid vs Liverpool
Dortmund vs PSG
Kamis, 20 Februari 2020
Atalanta vs Valencia
Tottenham Hotspur vs RB Leipzig
Rabu, 26 Februari 2020
Chelsea vs Bayern Munich
Napoli vs Barcelona
Kamis, 27 Februari 2020
Lyon vs Juventus
Real Madrid vs Manchester City
Leg kedua babak 16 besar Liga Champions akan digelar di bulan Maret 2020.
Manchester City Dilarang Main di Liga Champions, Inilah Sejumlah Tim yang Dapat keuntungan
Hukuman untuk Manchester City berupa larangan berkompetisi di pentas antarklub Eropa dapat menguntungkan klub-klub rival, termasuk Manchester United.
Manchester City dibebankan sanksi oleh UEFA karena pelanggaran regulasi Financial Fair Play (FFP).
Dalam konfirmasi lansiran otoritas sepak bola tertinggi Eropa, Jumat (14/2/2020), sanksi itu berupa larangan tampil di pentas antarklub Benua Biru, termasuk Liga Champions, untuk musim 2020-2021 dan 2021-2022, plus sejumlah denda.
Hal ini berpotensi membuat gejolak menarik di papan klasemen akhir Liga Inggris 2019-2020 kalau vonis akhir sesuai dengan hukuman tersebut.
Andai tim asuhan Pep Guardiola finis di empat besar atau zona Liga Champions, maka jatah partisipasi Man City akan diberikan ke tim peringkat lima di klasemen.
Artinya, ini membuka peluang lebih besar bagi tim-tim lain yang membidik tiket ke kompetisi antarklub terelite Eropa.
Saat ini, posisi kelima masih ditempati tim kejutan, Sheffield United, yang meraup 39 poin setelah melakoni 26 pertandingan.
Kursi yang diduduki pasukan Chris Wilder sangat rawan digoyang karena terpaut tipis saja dari sederet rival ambisius di bawahnya.
Peringkat kelima menjadi seksi karena dibidik pula oleh Tottenham Hotspur (peringkat 6), Everton (8), Manchester United (9), hingga Arsenal (10).
Jangan lupakan pula keberadaan Wolverhampton (7), salah satu kerikil tangguh yang terselip di antara para raksasa tadi.
Di antara tim-tim besar pembidik tiket Liga Champions yang dibeberkan, Everton menjadi yang paling berat tugasnya.
Hal itu karena The Toffees belum pernah sepekan pun menduduki zona lima besar klasemen musim ini!
Namun, peluang tetap terbuka melihat grafik performa mereka yang terus menanjak sejak diasuh Carlo Ancelotti.
Everton kini sedang merangkai tren tak terkalahkan dalam 5 partai terakhir di liga.
Tiga pertandingan di antaranya berujung kemenangan buat Richarlison dkk.
Akan tetapi, Manchester City pun masih memiliki kesempatan mengajukan banding atas sanksi tersebut kepada Pengadilan Arbitrase.
Sebelum keputusan final tercapai, harapan-harapan Manchester United dkk ada baiknya disimpan dulu.
Diberitakan sebelumnya, kabar mengejutkan datang dari badan sepak bola Eropa, UEFA pada Sabtu (15/2/2020) dini hari.
Diawali dari postingan akun Instagram @brfootball, dimana tertulis "BREAKING: UEFA announce Manchester City have been banned from the Champions League for two seasons and fined €30 million".
Yang bila diartikan secara singkat sebagai pengumuman apabila UEFA telah melarang Manchester City tampil selama dua musim.
Selain itu, Man City juga didenda 30 juta Euro.
Mengapa demikian?
Dikutip dari Guardian, Sabtu (15/2/2020), dilarangnya Manchester City di Liga Champions selama dua musim berikutnya dan denda 30 juta Euro, setelah mereka diduga kuat telah menyesatkan badan sepak bola Eropa.
Selain itu pula terbukti melanggar aturan main dalam administrasi keuangan.
Beratnya larangan dan denda tersebut, mencerminkan keseriusan Badan Kepatuhan UEFA terhadap klub sepak bola Eropa yang melakukan pelanggaran, baik terhadap peraturan ataupun kode etik.
Manchester City dinyatakan bersalah oleh badan kontrol keuangan klub (CFCB) UEFA karena telah menggelembungkan pendapatan sponsor mereka.
Temuan bersalah tersebut mengikuti penyelidikan yang dipicu oleh publikasi email dan dokumen "bocor" oleh majalah Jerman Der Spiegel pada November 2018.
Email dan dokumen yang bocor menunjukkan bila pemilik Manchester City, Sheikh Mansour bin Zayed al-Nahyan (keluarga penguasa Abu Dhabi), mengeluarkan dana mencapai 67,5 juta Poundsterling per tahun.
Itu untuk mendanai kebutuhan kaos, stadion, hingga akademi Manchester City melalui perusahaan maskapai negaranya, Etihad.
Salah satu email yang bocor menyatakan hanya 8 juta Poundsterling dari sponsor pada musim 2015-2016 yang didanai langsung oleh Etihad.
Sedangkan sisanya berasal dari kendaraan perusahaan milik Mansour untuk kepemilikan Manchester City, Abu Dhabi United Group.
Pihak Manchester City mengatakan dalam sebuah pernyataan mereka, kecewa namun tidak terlalu terkejut atas keputusan tersebut.
Manchester City berencana akan mengajukan banding atas larangan dan denda tersebut.
"Pada kesempatan paling awal adalah dengan pengadilan arbitrase untuk olahraga (CAS)," tulis pihak Man City.
“Klub selalu mengantisipasi kebutuhan untuk mencari badan independen dan proses secara imparsial mempertimbangkan badan komprehensif bukti yang tidak terbantahkan untuk mendukung posisinya,” bunyi pernyataan itu.
Pada Desember 2018, kepala penyelidik UEFA secara terbuka meninjau hasil dan sanksi yang dimaksudkan untuk dikirim ke Manchester City, sebelum penyelidikan dimulai.
"Klub telah secara resmi mengadu ke Badan Disiplin UEFA dan telah disahkan oleh keputusan CAS," terangnya.
“Sederhananya, ini adalah kasus yang diprakarsai, dituntut, dan diadili oleh UEFA," tandasnya.
Manchester City secara keras membantah melakukan kesalahan, dan mengecam liputan Spiegel karena didasarkan pada materi yang "bocor atau dicuri" yang diambil di luar konteks.
Spiegel menganonimkan sumber mereka sebagai "John", yang dikutip mengatakan dia tidak meretas komputer untuk mendapatkan e-mail.
Tak lama setelah publikasi mereka, ia diidentifikasi sebagai warga negara Portugal, Rui Pinto, yang kini telah dituduh di Portugal dengan 147 tindak pidana.
Termasuk peretasan dan kejahatan dunia maya lainnya, yang ia bantah.
Tuduhan hanya berkaitan dengan klub sepak bola Portugis dan organisasi lain, bukan dengan "kebocoran" e-mail City atau UEFA.
Ketika Manchester City didakwa Mei 2019, klub membantah melakukan kesalahan.
Mereka telah mengalami proses "permusuhan" yang mengabaikan badan bukti komprehensif yang tak terbantahkan.
Terpisah UEFA mengatakan Kamar ajudikasi, setelah mempertimbangkan semua bukti, telah menemukan Manchester City memang melakukan pelanggaran serius terhadap Peraturan Play Fair Keuangan UEFA.
Yakni melalui cara melebih-lebihkan pendapatan sponsornya dalam akun-akunnya dan dalam informasi yang dikirimkan ke UEFA pada periode 2012 dan 2016.
"Kamar Ajudikasi juga menemukan dalam pelanggaran peraturan, klub gagal bekerja sama dalam penyelidikan kasus ini oleh CFCB." beber UEFA.
Konsep financial fair play (FFP), diperkenalkan pada 2011 dengan tujuan mendorong klub sepak bola di seluruh Eropa untuk tidak mengeluarkan uang lebih dari gaji pemain.
Lalu membatasi jumlah yang dapat dimasukkan pemilik klub untuk menutupi kerugian.
Pihak sponsor meningkatkan pendapatan dan harus dihabiskan klub di bawah FFP.
Sehingga, persepsi Mansour sebenarnya mendanai kesepakatan Etihad.
Karenanya menyebabkan dugaan serius bila Manchester City telah menipu CFCB UEFA, yang bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan dengan FFP. (*)