Liputan Khusus
Kisah Sutirah Sulit Tidur, Alat Berat Proyek Tol Semarang Demak Masuk, Proses Ganti Rugi Belum Beres
Proses pembangunan Tol Semarang-Demak dimulai dari Desa Karangsari, Kecamatan Karangtengah, Demak.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Proses pembangunan Tol Semarang-Demak dimulai dari Desa Karangsari, Kecamatan Karangtengah, Demak. Saat tim Tribun Jateng menuju lokasi, banyak truk dump dan alat berat yang sedang bekerja.
Proyek yang sedang dikerjakan yakni penguatan dasar di atas pematang sawah menggunakan tanah urug.
Baik truk volume 30 kubik maupun lima kubik antre untuk menurunkan muatannya. Setiap hari aktivitas proyek mulai pagi hingga pukul 21.00 WIB.
Namun, warga yang tinggal 20 meter dari lokasi proyek mengaku tidak mendapatkan sosialisasi. Padahal setiap hari warga harus merasakan guncangan dan debu yang sangat mengganggu aktivitas.
• Saling Agresif, Laga Uji Coba Persekat Vs PSG Gresik Seri 2-2
Sutirah (60), satu di antara warga sekitar mengaku tidak pernah mendapatkan sosialisasi kapan akan dimulai proyek Tol Semarang-Demak.
Ia bercerita sejak tiga pekan yang lalu selalu sulit tidur karena tanahnya bergetar.
"Saking kagetnya saya sampai nangis. Saya takut kalau rumahnya ikut rubuh bagaimana. Kalau retak bagaimana. Siapa yang akan tanggung jawab. Rasanya itu mirip gempa," ujarnya.
Sutirah juga termasuk warga yang sebagian tanahnya terdampak tol. Namun ia tidak pernah tahu kapan pembayaran akan dilakukan.
"Saya sudah dikasih tahu kalau yang kena tol bagian ini. Tapi entah kapan akan dibayar.
Saya juga sudah lapor ke Pak Lurah. Pak Lurah juga jawabannya sama belum tahu," imbuhnya.
Tak hanya itu, debu yang terbang ke arah rumahnya juga sangat mengganggu. Tak jarang pakaian yang ia jemur kotor. Ia tak tahu sampai kapan harus mengalami gangguan tersebut.
"Harusnya kan pihak proyek sosialisasi dulu. Nanti kalau proyek sudah dimulai dampaknya akan seperti ini seperti itu. Tapi ini tidak, asal jalan aja," katanya.
Tak hanya Sutirah, Siti Nasiah (32), juga merasakan bagaimana dampak proyek tol yang ada di dekat rumahnya.
Ia harus rela mengungsi ke rumah saudara yang lebih jauh karena anaknya yang masih balita terus menangis.
"Setiap merasakan getaran anak saya pasti nangis. Dia tidur tidak nyenyak. Kasihan anak juga masih kecil harus kena debu kan tidak baik," tutur Siti.