Kakek Penjual Daun Kelor
Kisah Mbah Marjo Kakek 84 Tahun Jualan Daun Kelor di Semarang, Demi Berhaji ke Tanah Suci
Demi kehendak pergi haji, Sumarjo (84) berjualan daun kelor setiap hari di Masjid Raya Baiturrahman Semarang
Penulis: iwan Arifianto | Editor: abduh imanulhaq
Kondisi indera pendengaran Sumarjo sudah menurun sehingga ketika berbincang harus berdekatan.
Tak jarang pembeli menaikkan intonasi suara agar Mbah Marjo bisa mendengarnya.
"Sehari saya bawa 60 bungkus.
Kadang 70 bungkus, pernah juga 80 bungkus.
Tidak pasti, biasanya selalu habis," jelas kakek yang fasih berbahasa Indonesia ini.
Dari berjualan daun kelor, dia mengantongi uang Rp 1 juta per bulan.
Menurutnya, jumlah itu merupakan keuntungan kotor karena harus mengganti modal belanja ramuan herbal daun kelor.
"Setiap bungkus terjual, saya untung saya Rp 1.500. Setiap keuntungan itu saya tabung buat naik haji," jelas dia.
Sumarjo sudah setahun berjualan di kawasan Masjid Baiturrahman.
Hasil jualan daun kelor dia tabungkan di sebuah bank.
Saat ini tabungannya telah mencapai Rp 25 juta.
Tepat pada 3 Oktober 2019, Mbah Marjo resmi terdaftar sebagai calon haji.
Setelah dana mengendap tiga tahun, dia mengajukan percepatan sehingga pada 2023 dijadwalkan berangkat ke Tanah Suci.
"Saya masih menabung, ingin nyimpan lagi Rp 11 juta buat ke Tanah Suci," beber pria kelahiran 17 Agustus 1936 ini.
Sumarjo mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT karena diberikan rezeki yang tidak terduga setiap hari.