Human Interest
Kisah Mbah Sumarjo Jualan Herbal Daun Kelor untuk Naik Haji
Tubuhnya renta karena memang sudah berusia 84 tahun. Meski begitu, Mbah Sumarjo masih rajin jualan Herbal Daun Kelor
TRIBUNJATENG.COM -- Tubuhnya renta karena memang sudah berusia 84 tahun. Meski begitu, Mbah Sumarjo masih rajin jualan Herbal Daun Kelor di area Masjid Baiturrahman Semarang.
Hasil penjualan itu untuk menabung persipaan berangkat ibadah haji.
Tubuh Kakek Sumarjo (84) sudah tampak renta, kulit keriput, tulang menonjol dan gerakan tak lincah lagi.
Meski kondisi demikian, Mbah Marjo tiap hari masih berjualan herbal daun kelor atau Kelor Herbal di area Masjid Raya Baiturrahman, Simpanglima, Kota Semarang.
Mbah Marjo kakek 21 cucu ini tak mau kalah dengan anak muda.
"Setiap hari jualan, tapi kalau sakit saya baru istirahat," tuturnya kepada Tribunjateng.com, Senin (17/2/2020). Dia tak peduli hujan atau panas yang penting terus mencari rezeki. Baginya kerja adalah kegiatan yang menyenangkan.
"Kerja itu mensyukuri nikmat Allah SWT. Jadi diberi nikmat kesehatan untuk bekerja," ucap ayah tiga anak ini dengan lirih. Sumarjo mengatakan tidak terkendala usianya sudah senja.
Dia hanya merasakan pusing, batuk, dan pilek ketika kondisi kelelahan. Namun yang mengganggu aktifitasnya adalah katarak di mata kanannya. Sedangkan mata kirinya lumayan normal hanya sering belekan saja.
"Dokter bilang harus operasi katarak. Anjuran itu sudah lama saya lupa, tapi belum ada biaya, sekarang ada uang tapi buat naik haji dulu. sakit katarak tidak apa-apa, mesti harus disyukuri apapun kondisinya," terangnya.
Dengan kondisi kedua mata tersebut, Sumarjo masih dapat melihat jelas di jarak lima meter, sedangkan jarak jauh dia mengaku pandangan sudah buram.
"Meski sakit katarak kerja itu penting untuk kegiatan biar tetap sehat," jelasnya.
Sumarjo membeberkan memilih tinggal bersama putri dan cucunya di Pandansari Semarang Tengah.
Apalagi setelah istrinya meninggal dua tahun lalu, nyaris tak ada kegiatan Mbah Marjo di rumah makan harus cara kesibukan positif.
Senin siang itu, Mbah Marjo mengenakan baju koko warna biru muda, celana kain hitam, songkok (peci) hitam dengan sandal karet lusuh warna hitam.
Dia bergegas naik ke lantai dua untuk mengikuti salat Zuhur berjamaah di Masjid Baiturrahman, seuzai azan berkumandang.
Meski sudah sepuh Mbah Marjo masih kuat menaiki 23 anak tangga di masjid itu untuk menunaikan salat wajib berjamaah.
Selesai Salat, dia turun lagi ke lantai satu untuk menggelar lapak dagangannya. Siapa tahu banyak jemaah uang akan membeli teh daun kelor herbal dagangannya.
Dia menggelar dagangan di dekat tangga Masjid, lokasi yang strategis. "Daun Kelor, daun kelor," kata Mbah Marjo lirih. Ada yang beli satu atau dua kotak. Namun ada juga orang memborong 10 kotak teh daun kelor.
"Saya jualan untuk naik haji, insyaallah tiga tahun lagi berangkat," katanya kepada Tribunjateng.com.
Mbah Marjo menuturkan, tiap hari berangkat dari rumah cucunya di Jalan Pandansari 1 Nomor 704 Kelurahan Pandansari Kecamatan Semarang Tengah.
"Saya sampai Masjid pukul 10.00 WIB diantar oleh cucu, nanti pulang pukul 17.00 naik ojek minta dipesankan orang," katanya.
Saat ditemui Tribunjateng kondisi pendengaran Sumarjo sudah berkurang, sehingga ketika berbincang harus mendekatkan ke telinganya. Tidak jarang para pembeli harus bicara keras agar Sumarjo mendengar.
"Sehari saya bawa 60 bungkus, kadang 70 bungkus atau bahkan 80 bungkus, tidak pasti, biasanya selalu habis," jelas kakek yang lancar berbahasa Indonesia ini.
Sumarjo menuturkan hasil jualan dari puluhan bungkus tersebut mampu membawa pulang uang sejumlah Rp 1 juta.
"Saya beli Rp 8.500 perbungkus saya jual Rp 10.000 jadi keuntungan saya Rp 1.500 perbungkus. Setiap keuntungan itu saya tabung buat naik haji," katanya.
Dia mengaku sudah sekitar setahun jualan di lokasi ini. Saat ini tabungan Sumarjo cukup luyaman. Dia mendaftar haji 3 Oktober 2019. Jika tak ada aral melintang Sumarjo akan naik haji pada tahun 2023.
"Saya masih nabung, ingin nyimpan lagi Rp 11 juta buat ke tanah suci," beber pria Kelahiran 17 Agustus 1936 ini.
Sumarjo mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah SWT karena diberikan rezeki yang tidak terduga setiap hari.
"Banyak pembeli yang beli dua bungkus tapi memberi uang lebih, ketika saya mau mengembalikan dia tidak mau," katanya.
Sikap para pembeli itulah yang kadang membuat Sumarjo terenyuh, dia mengatakan tidak bisa membalas apapun.
"Allah yang membalas," kata Kakek asal Parakan Temanggung ini. (Iwan Arifianto)