Ngopi Pagi
FOKUS: Jangan Ada Korban Lagi
DALAM hitungan jam, Liga 1 musim ini akan bergulir. Pertandingan sesama tim Jawa Timur, Persebaya Surabaya dan Persik Kediri
Penulis: abduh imanulhaq | Editor: Catur waskito Edy
Oleh Abduh Imanulhaq
Wartawan Tribun Jateng
DALAM hitungan jam, Liga 1 musim ini akan bergulir. Pertandingan sesama tim Jawa Timur, Persebaya Surabaya dan Persik Kediri, menjadi pembuka kasta tertinggi kompetisi nasional itu.
Tim kebanggaan publik Semarang, PSIS, tampil perdana pada hari Minggu besok. Satu-satunya wakil Jateng di liga utama ini bertemu Persipura Jayapura di Manado.
Semua tim terang sudah mempersiapkan diri menghadapi kompetisi. Tak terkecuali Bali United yang merupakan juara musim lalu, pasti ingin mempertahankan titelnya.
Fans PSIS pun tentu berharap pencapaian klub kesayangan lebih baik daripada musim lalu. Terlebih setelah ditangani pelatih asing Dragan Djukanovic.
Jelas banyak yang berkehendak, tim terbaik yang menjadi kampiun di akhir musim. Mereka yang telah mempersiapkan diri secara baik, diharapkan memetik hasil yang apik.
Hasil takkan mengkhianati proses. Demikian selalu ujaran yang kita dengar mengenai liku-liku pencapaian.
Di sisi lain, kepada PSSI dan penyelenggara, tak henti-hentinya kita suarakan kehendak agar mutu kompetisi nasional diperbaiki. Tak hanya di kasta teratas melainkan juga level-level di bawahnya yang juga akan bergulir.
Musim ini, jelas tak ingin kita dengar lagi ada bentrok antarpemain atau suporter. Apalagi sampai ada korban bentrok yang meninggal dunia.
Bagi banyak orang, sepakbola memang bukan semata-mata olahraga. Meski jumlah yang mencibir kepopuleran permainan 22 orang memperebutkan satu bola ini tak sedikit.
Duduk pangkalnya adalah sepakbola memberi hiburan dan harapan kepada ribuan, bahkan jutaan orang. Melegakan yang terasa sesak sekaligus meluapkan yang begitu penat.
Amat banyak warga yang mengidentikkan diri atau kotanya dengan sebuah tim. Bagi mereka, sepakbola adalah urusan hidup dan mati, harga diri atau gengsi.
Semua bisa menyampaikan dalih. Segala hal bisa menjadi alasan. Sudah banyak yang membuat riset, menulis buku, dan menyusun liputan mendalam mengenai musabab kerusuhan dalam sepakbola lokal di Indonesia.
Begitu pula mengenai cara meminimalkan, bahkan menghilangkan konflik. Baik secara struktural maupun kultural, sektoral maupun integral.
Kampanye fairplay dan sportivitas digaungkan. Lagi-lagi masih jauh panggang dari api.
