Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banjarnegara

Ini Pesan Gus Miftah untuk Pemkab di Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara ke 449

Rangkaian kegiatan Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara ke 449 diakhiri pengajian yang menghadirkan ustaz kondang Gus Miftah, Kamis malam (27/2).

Penulis: khoirul muzaki | Editor: muh radlis
TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI
Gus Miftah isi pengajian peringatan Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara ke 449 

TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Rangkaian kegiatan Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara ke 449 diakhiri pengajian yang menghadirkan ustaz kondang Gus Miftah, Kamis malam (27/2).

Di bawah guyuran hujan, ribuan warga tetap antusias mengikuti pengajian ulama yang terkenal karena suka dakwah di tempat prostitusi itu.

Miftah bukan hanya mampu mencerahkan jamaah dengan pesan-pesan keagamaannya, namun juga menghibur dengan selingan musik dan candaan.

Polisi Amankan Bra Hitam, Celana Dalam hingga Uang dalam Penggerebekan Prostitusi Online di Sunter

Tepat Adzan Subuh, Maling HP di Semarang Beraksi, Wajah Pencuri Berjaket Biru Terekam CCTV

Sadisnya Cara Ayah Kandung Paksa Mayat Putrinya Masuk Gorong-gorong dan Dibonceng Motor Dulu

Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun! Warga Demak Tewas Kecelakaan di Jalan Jenderal Sudirman Semarang

Di antara pesan keagamaan yang disampailan, Miftah memberikan catatan kepada pemerintah agar tidak bersikap anti kritik.

Menurut dia, imam salat saja boleh dikritik ketika salah dalam gerakan atau bacaan salat dengan mengingatkannya menggunakan kalimat tasbih.

Apalagi imam rakyat (pemerintah) yang tak luput dari salah dan kekurangan.

Pemerintah harus terbuka terhadap kritik masyarakat jika memang memiliki kekurangan dalam memimpin.

Miftah menukil dalil yang menyeru umat untuk senantiasa taat kepada Allah, Rasulullah dan pemimpin (ulil amri).

Tetapi sifat ketaatan umat kepada Allah dan Rasul, serta pemerintah berbeda.

Ketaatan kepada Allah dan rasul bersifat mutlak.

Sedangkan ketaatan kepada pemimpin ada syaratnya.

"Jika pemimpin baik wajib didukung, kalau buruk wajib dikritisi,"katanya

Hendaknya kritik terhadap pemerintah dilakukan dengan baik atau santun sebagaimana ayat " Watawa sauubil haq watawa saubil sobr" dalam surat Al Asr.

Miftah menyayangkan fenomena yang terjadi di masyarakat dalam memandang pemimpin.

Jika telah membenci, sebaik apapun orang itu akan dianggap jelek di mata pembencinya.

Sebaliknya, jika telah mencinta, aib orang itu tidak akan kelihatan di mata pengidolanya.

Masyarakat mestinya bisa menempatkan diri pada posisi di tengah, alias objektif dalam memandang pemimpin.

Gus Miftah pun mengaku mendukung pemerintahan Jokowi sepanjang kepemimpinannya baik dan berpihak ke rakyat.

Semisal ia mendukung capaian pemerintah dalam pembangunan infrastruktur.

Tetapi jika ada kekurangan, ia pun tak segan akan mengkritik.

Ia mengaku sempat mengritik Menteri Agama yang mewacanakan larangan penggunaan cadar di lingkungan instansi pemerintah.

Ia tidak sepakat jika wanita bercadar diidentikkan dengan radikalis.

Meski ia juga tak setuju jika wanita bercadar merasa dirinya sudah paling mengamalkan sunah sehingga merendahkan wanita yang tidak bercadar.

Radikalisme menurut dia bisa dilihat dari ide atau pemikiran seorang, bukan atribut yang melekat pada tubuhnya.

Jika orang yang bercadar belum tentu radikal, ia balik mempertanyakan wacana pemerintah yang akan memulangkan WNI terindikasi ISIS setelah dulu pernah membakar paspor.

"Jaka Sembung makan nasi pincuk, tidak nyambung cuk," katanya. (aqy)

HUT ke 48 Basarnas, I Nyoman Sidakarya : Junjung Tinggi Profesionalisme dan Soliditas

Ada Tes IVA Gratis hingga Program Pembangunan RTLH di Puncak Perayaan HUT Lindu Aji Kota Semarang

Ratusan Penari Wanita Roadshow Pagelaran Wayang Orang Putri Extravaganza Kalimasada Murca

Adechan, Dulu Tak Punya Uang Sewa Gaun Kini Sukses Jadi Desainer Ternama Langganan Artis Ibu Kota

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved