Berita Supersemar
Kisah Kontroversi Supersemar, Dipergunakan Soeharto untuk Pembubaran PKI hingga Istana Dikepung
Kisah Kontroversi Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret), Dipergunakan Soeharto untuk Pembubaran PKI hingga Istana Dikepung
Tanggal 12 Maret 1966 pagi, surat tersebut diumumkan.
"Saya ditanya, pak apa gak keliru itu pembubaran PKI, saya bilang ndak. Di surat perintah ndak ada? ya ndak ada," kata Soeharto sambil tertawa.
Beberapa hari kemudian, Soeharto menghadap Soekarno ke Jakarta dan melaporkan kalau ia telah melakukan pembubaran PKI.
Dikutip dari Kompas.com, Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam mengatakan, upaya pembubaran PKI bisa dilihat dari sisi politis dan bukan dari sisi ideologi.
Menurut Asvi, dengan dibubarkannya PKI, berarti upaya pengalihan atau perebutan kekuasaan dari Soekarno akan semakin mudah.
Asvi melihat saat itu Soeharto berusaha untuk memisahkan Soekarno dengan orang-orang terdekat dan para pendukungnya yang setia.
"PKI itu pendukung Soekarno. PKI itu dibubarkan bukan karena ideologinya, tetapi karena partai yang mendukung Soekarno," ujar Asvi ketika ditemui 6 Maret 2016.
"Kabarnya anggotanya mencapai 3 juta orang. Artinya, 3 juta pendukung Soekarno itu sudah bubar," kata dia.
Soekarno 'Dikibuli'
Turunnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) hingga kini masih jadi perbincangan publik.
Setelah puluhan tahun berlalu, Supersemar masih menyimpan banyak misteri.
Keberadaan Supersemar sampai saat ini masih menjadi kontroversi.
'Surat sakti' itu merupakan 'pintu' bagi Soeharto naik ke tampuk tertinggi pemerintahan Indonesia, menjadi presiden menggantikan Soekarno.
Sementara banyak orang mempertanyakan kebenaran Supersemar, ajudan Soekarno menceritakan kepedihan Soekarno saat mengetahui Supersemar digunakan Soeharto menggoyahkan presiden.
Soekarno merasa dibohongi Soeharto.
Itulah hal yang disampaikan Sidarto Danusubroto, ajudan terakhir Bung Karno, pasca-terbitnya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) tahun 1966.