Berita Sragen
Kisah di Balik Gedung Juang 45 Sragen yang Akan Dirobohkan
Dengan masa pengerjaan 2,5 bulan, gedung tersebut menghabiskan dana Rp 9 juta. Dana tersebut dihimpun dari para anggota veteran kala itu
Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN - Gedung Juang 45 Sragen akan dirobohkan. Pembongkaran yang dijadwalkan akhir Februari lalu hingga kini belum dilaksanakan.
Pemkab Sragen berencana merobohkan bangunan tersebut untuk dibangun sentra kuliner.
Pantauan di lokasi, gedung yang berada di Jalan Veteran tersebut sudah kosong dan tidak ada aktivitas apapun.
Pembongkaran tersebut menyisahkan cerita bagi para veteran Sragen, para veteran pun mengaku sedih dengan adanya pembongkaran tersebut.
Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Sragen, Maryoto kepada Tribunjateng.com menceritakan awal mula gedung tersebut dibangun pada 1981, lebih tepatnya (15/8/1981).
Dengan masa pengerjaan 2,5 bulan, gedung tersebut menghabiskan dana Rp 9 juta. Dana tersebut dihimpun dari para anggota veteran kala itu.
"Tujuan awal kita dulu membangun gedung ini agar dapat dipakai gambaran generasi penerus dan sebagai bank sejarah untuk mengenang perjuangan bagi Veteran," kata Maryoto, Rabu (18/3/2020).
Dikatannya, Gedung Juang ini pernah digunakan sebagai rendezvoes (titik kumpul) pejuang dalam kegiatan pengintaian ke markas Belanda yg ada di Pabrik Gula Mojo.
"Dari lokasi ini ke utara 500 meter pernah terjadi insiden penembakan satu orang yang tidak dikenal, sekarang diabadikan Jalan Tentara Pelajar (Kliteh),
Peristiwa lain dari lokasi Gedung Juang ke arah barat 300 meter di Kampung Ngablak terdapat satu org pejuang wanita bernama Sumeini.
Sumeini berhasil mengajak para pribumi yamg menjadi serdadu Belanda sebanyak satu Peleton untuk kembali kepangkuan Ibu Pertiwi, dan diabadikan sebagai Jalan Sumeini.
"Gedung juang ini kan dibangun untuk mengenang dan peninggalan sejarah.
Generasi penerus biar tahu bahwa dilokasi Gedung Juang dan sekitarnya terdapat peristiwa heroik. Apabila dihilangkan perlu dicarikan pengganti yg fungsinya sama," kata dia.
Maryoto merasa prihatin apabila Gedung Juang 45 yang diresmikan Panglima Kodam VII/Diponegoro, Mayor Jenderal TNI (purn) Muhammad Ismail itu harus dirobohkan.
"Tidak sedikit kakek dan nenek yang menangis, saling curhat mengenang masa perjuangannya," kata dia.