Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribun Community

Komunitas Sahabat Difabel Beri Beragam Pelatihan

Pandangan orang terhadap penyandang disabilitas seringkali menilai mereka adalah kalangan yang tidak produktif

Istimewa
Komunitas Sahabat Difabel 

TRIBUNJATENG.COM -- Pandangan orang terhadap penyandang disabilitas seringkali menilai mereka adalah kalangan yang tidak produktif, tidak mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Karenanya hak-hak mereka pun seringkali diabaikan.

Anggapan tersebut ternyata berhasil dipatahkan oleh Muhammad Hilal Huda Fadhlullah, anggota Komunitas Sahabat Difabel. Dia mengatakan bergabung di komunitas tersebut, memberikan pengalaman baru.

“Awalnya saya mencari teman melalui media sosial, apakah ada teman-teman seperti saya yang memiliki keterbatasan fisik. Ternyata ada, dan akhirnya saya gabung komunitas itu pada 2017 yang lalu.

Dulunya saya merasa minder, kurang percaya diri (PD/pede), merasa sendiri. Lewat Komunitas Sahabat Difabel ini, saya bisa menghilangkan rasa minder itu,” ujar Huda, sapaan akrab pria asal Semarang itu.

Menurutnya, bergabung dengan Komunitas Sahabat Difabel mampu memberikan dampak positif, di antaranya para penyandang disabilitas dapat menyuarakan aspirasinya.

“Berkat dukungan dari keluarga dan teman-teman di komunitas, bahwa kami itu sama dengan orang yang lainnya, tidak ada yang berbeda.

Tuhan menciptakan kami berbeda, bukan karena apa-apa, tetapi Tuhan sangat sayang kepada kami,” terangnya sembari senyum senang di wajahnya.

Ada yang mengagumkan dari apa yang dikerjakannya, semua dilakukan menggunakan telapak tangannya yang kondisi ototnya yang kurang lentur.

“Kalau jalan dan menulis saya mengalami kesulitan, karena kedua telapak tangan dan lutut saya tidak bisa buat menekuk,” ujarnya.

Selama dua tahun mengikuti komunitas, Huda dilatih untuk siap memasuki dunia kerja. Pengetahuan mereka diasah, mental mereka digembleng.

Selama kegiatan belajar mengajar penyandang disabilitas di Roemah D atau KSD dilakukan pada hari Senin hingga Sabtu mulai pukul 10 pagi sampai pukul 2 siang.

“Hari Senin Bahasa Inggris dan Komputer, Selasa ada program calistung, penulisan kreatif, vocal, drum, dan MC.

Lalu, lanjut Rabu ada calistung, dan keagamaan, Kamis ada pelatihan menjahit dan sulam pita. Pada Jumat ada olahraga, berkebun, dan sablon. Dan untuk Sabtu, ada fotografi dan gitar,” ungkap Huda.

Saat belajar di Roemah Difabel, dia bersama komunitasnya diajarkan bercakap di hadapan banyak orang. Huda mempunyai keinginan mendirikan warung, untuk membantu dan membuka lowongan pekerjaan bagi teman-teman disabilitas.

Sedangkan Sita, bergabung dengan komunitas sahabat difabel untuk menjalin relasi dengan banyak pihak seperti mengikuti workshop dan seminar. Terkadang Sita juga ikut membantu calistung (baca, tulis, hitung) teman-teman di Roemah Difabel.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved