Ngopi Pagi
FOKUS : Buka-bukaan Corona
BEBERAPA waktu lalu Kapolres di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat menguraikan kisah sedihnya terkait wabah virus corona dan sempat viral.
Penulis: muslimah | Editor: Catur waskito Edy
Masalahnya, tingkat kedisiplinan masyarakat Indonesia masih jauh jika dibandingkan dengan negara-negara tersebut. Tak heran jika muncul kasus seperti yang dikeluhkan Kapolres di Kubu Raya. Warga tetap berkerumun bahkan ada yang menertawakan imbauan pulang ke rumah masing-masing.
Di Semarang meski tidak ekstrim, warga masih terlihat bergerombol di sejumlah tempat. Sebagai misal di pasar dan sejumlah tempat makan.
Mereka tentu saja khawatir akan bahaya corona. Hanya saja sebagian warga masih merasa kalau penyebaran penyakit tersebut belum terlalu mengkhawatirkan untuk sampai pada tingkat mereka harus benar-benar berdiam diri di rumah dan hanya keluar jika ada keperluan mendesak.
Kondisi umum seperti inilah yang kemudian dikeluhkan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sehingga mereka meminta pemerintah membuka data pasien untuk memudahkan tracing.
Kemarin, GP Ansor Jateng juga mengungkapkan pernyataan serupa. Tujuannya untuk meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan masyarakat karena saat data dibuka, masyarakat jadi tahu titik-titik rawan dan berbahaya supaya bisa saling menjaga dan mengawasi. Pro dan kontra terkait dibuka atau tidaknya data pasien pun muncul.
Sebelumnya pemerintah memilih opsi menutup data dengan pertimbangan khawatir terkadi kepanikan. Jika itu masalahnya, ada baiknya mendengarkan pendapat Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF), Prof dr Chairul Anwar Nidom. Ia mengatakan, menutup informasi sebaran data virus corona justru membuat masyarakat tidak bisa diajak untuk bersolidaritas dengan bencana.
Apapun, sebagai warga kita tentu harus mendukung kebijakan pemerintah dengan cara menghindari kerumunan atau socian distancing, selalu menjaga kebersihan dan berdoa agar rantai persebaran virus corona segera terputus. (*)