Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ngopi Pagi

FOKUS : Lodeh Lodoh

Lodeh bukan semata sayur. Bukan sebatas sajian hasrat lapar saja. Lodeh sarat makna, pun tak sedikit cerita. Lodeh konon dipercaya bisa menolak musiba

Penulis: sujarwo | Editor: Catur waskito Edy
tribunjateng/bram
Sujarwo atau Pak Jarwo wartawan Tribun Jateng 

Sejarawan kuliner Fadly Rahman ikut meramaikannya. Menurut dia, peran lodeh sebagai penolak bala tak sepenuhnya benar, Dalam tradisi pageblug, ujarnya, lodeh hanya sekadar daya pikat tambahan saja.

Di luar itu, Bung Karno punya cerita tersendiri soal lodeh. Pada 1952, Soekarno beserta rombongan singgah di Salatiga dalam perjalanan ke Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.

Saat beristirahat dan makan siang di rumah wali kota Salatiga, Bung Karno begitu lahap makan sayur lodeh.

Bung Karno lantas mencari tahu siapa yang memasaknya. Diketahui kemudian, Sri Surhartini. Singkat cerita Bung Karno jatuh hati.

Kisah asmara antara presiden pertama RI dan Sri Suhartini berawal dari sayur lodeh ini dituturkan Hartini dalam buku Srihana-Srihani Biografi Hartini Sukarno.

Cerita lain, sayur lodeh muncul sebagai bukti kreativitas masyarakat di tengah serangan militer VOC. Dengan memanfaatkan sayuran yang ada, mereka memasak sayur lodeh sebagai makanan untuk bertahan hidup.

Terlepas semua itu, heboh lodeh kekinian boleh jadi sebagai harapan virus ganas corona segera berlalu. Asa segera ditemukan obatnya, atau soluisi dalam menaklukkan corona.

Ibarat buah, diharapkan virus corona segera menjadi lodoh, lunak karena busuk. Tak lagi ganas, bahkan akhirnya punah. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved