Unissula Semarang
Kedepankan Kasih Sayang Saat Corona Membayang
Jiwa yang baik akan hadir, ketika anda mampu merasakan kehadiran orang yang sedang anda ajak bicara.
Oleh: Wahyu Endang Setyowati SKM MKep - Dosen Keperawatan Mental Psikiatri Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula, Sekretaris Team Task Force Pencegahan Covid-19 Unissula, Pemerhati Tumbuh Kembang Sehat Jiwa Anak Remaja dan Konselor Bullying
KOMUNIKASI dan relasi merupakan dua hal yang tak terpisahkan.Komunikasi diciptakan untuk mencapai tujuan relasi. Relasi tidak akan terjadi bila tanpa komunikasi.
Dimana pada dasarnya komunikasi merupakan kunci dalam membangun sebuah hubungan, terlebih lagi komunikasi memegang peranan yang penting dalam proses sosialisasi antara satu individu dengan individu lainnya.
Pada prinsipnya semua orang dapat berkomunikasi tergantung dengan tingkatannya bahkan anak kecilpun dapat melakukan komunikasi namun tentu dengan sekadarnya.
Komunikasi dapat menciptakan sebuah ruang yang dapat menjadikan individu menjadi saling lebih mengenal mengerti dan juga memahami satu dan lainnya.
Suksesnya komunikasi tidak hanya menjadikan komunikasi yang baik namun juga efektif.
Perlu diketahui bahwa setidaknya harus terdapat minimal tiga unsur dalam komunikasi, yakni komunikan dalam hal ini pihak yang terlibat dalam komunikasi, media yang digunakan dalam komunikasi serta pesan atau isi komunikasi.
Tentunya isi pesan merupakan hal yang amat penting karena pesan inilah yang merupakan hal yang ingin disampaikan dalam komunikasi.
Komunikasi menjadi alat untuk mencapai tujuan dalam kondisi apapun, termasuk di masa merebaknya Covid-19 saat ini.
Adanya kebijakan lockdown, pembatasan fisik dan social distancing, serta work from home yang terjadi di semua tatanan.
Kondisi ini tentu mempengaruhi komunikasi. Tak jarang kesalahpahaman muncul akibat komunikasi tanpa tatap mata, atau pertemuan langsung.
Mengapa hadir kesalahpahaman dalam sebuah komunikasi. Sebab utamanya adalah telah hilangnya kasih sayang.
Di era lockdown seperti sekarang ini, komunikasi jarak jauh tanpa tatapan mata menjadi pilihan kebanyakan.
Tak hanya fisik dan emosi yang beresiko mengalami kerentanan. Pun komunikasi jarak jauh menjadi rentan salah persepsi yang lalu menjadi sumber konflik, kesedihan dan keputusasaan.
Akhirnya rengganglah tali pertemanan, persaudaraan dan relasi pekerjaan. Kualitas hidup menjadi taruhannya.